top of page
Cari
Gambar penulisRio Adrianus

Wyckoff Analysis on AALI & Brief EVA Overview on Palm Companies (AALI &BWPT)

Di artikel ini, fokus saya adalah menerangkan secara bar-by-bar bagaimana melihat interaksi price action dengan volume yang diperkenalkan oleh Wyckoff. Pendekatan metode Wyckoff menggunakan dua data primer: price dan volume untuk mengukur balance of power buyer dan seller yang akan terus berubah. Di bagian setelahnya, saya akan memberikan overview singkat saham sawit dari perspektif economic profit (you might not want to miss this part).


Sebelum saya mulai, saya memiliki saham di perusahaan-perusahaan sawit ini.


Sebelum masuk ke Wyckoff, saya melihat signal Negative Reversal (N.R) di indikator ‘Composite Index’ yang tidak di-detect oleh RSI. Signal N.R indikator membentuk lower low, tapi harga membentuk higher low. Signal ini berhabitat di strong market. Dalam trading, ini adalah signal kedua favorit saya to go long setelah MA cross-over touchdown yang pernah beberapa kali saya jelaskan di artikel dahulu. Salah satunya diikuti dengan kenaikan tajam CPO.


Note trendline support di atas yang mengikuti kejadian signal N.R. Signifikansi trendline support tersebut bisa terlihat bila kita membuat paralel (copy) yang menandakan resistance. Jadi kemungkinan channel di atas signifikan untuk AALI. Incidentally, signifikansi channel support di atas diperkuat dengan keberadaan signal N.R. Signal N.R akan menjadi failed signal bila AALI close dibawah recent low pivot. Di hari Jumat kemarin, AALI hampir melakukan itu, tapi tidak jadi. Signal ini masih ON.


Sebagai note extra, bagian kotak di chart atas adalah periode event ketika Menteri Keuangan mengumumkan pajak progresif sawit yang nanti saya bahas sedikit. But, as you can see, berita yang seharusnya negatif itu menjadi turning point AALI. True enough, kita belum tahu apakah AALI akan membentuk lower low. Saya akan meninggalkan box itu di chart saya.


Sekarang kita ke Wyckoff. Di bawah ini saya memberikan label angka di bar-bar penting. Angka-angka tersebut bukan Elliott Wave count (chart pertama ada EW count yang tidak saya ubah dari tahun lalu dan saya share di artikel AALI dahulu). Kita mulai.

Bar signifikan pertama yang relevant untuk assessment kondisi saat ini adalah bar ‘lock’. Big down bar tersebut me-lock banyak bull di area resistance yang yang saya tandai dengan garis horizontal. Most of the time, area trap seperti akan di ‘test’ sebelum kenaikan harga.


Market kemudian breakout menembus area resistance di bar 1 setelah tidak ada follow-up dari bar ‘lock’ sebelumnya. Ini menunjukan selling pressure belum serius dan membuat balance of power sedikit bergeser ke arah bulls.


Bar 2 adalah ‘test’ yang saya katakan tadi. Test ini tidak baik. Volume terlalu besar untuk menunjukan lack of selling pressure. Bar ini lebih menunjukan buyer mensupport market. Test yang baik menunjukan lack of selling pressure. Bar setelah bar 2 menunjukan lack of selling pressure ini. Volume sangat kecil.


Bar 3 menunjukan bulls banyak yang masuk. Tapi bar setelahnya tidak ada follow up. Kebalikannya terjadi. Seluruh gain bulls di bar 3 hilang. Ini pertanda supply masih signifikan.


Bar 4 adalah clear display kalau supply signifikan masuk. Kita bisa melihat resistance diagonal disini. Resistance horizontal signifikan di area high bar 4 lebih mudah terlihat.


Bar 5 menunjukan demand yang sangat lemah dari bulls.


Overall, bar 4 dan bar 5 mengindikasikan kalau saat ini power of balance AALI berada sedikit di bears. Posisi bulls akan terancam apabila sellers bisa menembus low bar 2, area dimana banyak bulls mensupport AALI. Sebaliknya, banyak sellers akan terpaksa keluar apabila market membuat higher high. Apabila breakout higher high ini tidak mendapat follow up yang kuat, saya menilai peluangnya besar market akan meretest area high bar 4.


Incidentally, lower low dari bar 2 juga akan membuat signal N.R menjadi failed signal. Lebih sering dari tidak, failed signal menunjukan trend yang sebenarnya.


Chart di atas masih belum ada bar hari Jumat kemarin. Bar hari Jumat signifikan.

Bar terakhir (bar 6) menunjukan banyak bulls mensupport AALI di area ini. Danger point berubah dari low bar 2 menjadi low bar 6. Dengan kata lain, bulls akan mudah kehilangan kontrol apabila harga turun menembus low bar 6. Selama tidak ditembus kebawah, bar 6 menggeser power di sisi bulls. Immediate follow-up dengan bull bar (preferrably, bar berikutnya), akan memperkuat view bullish dan signifikansi bar 6.


Sebelum saya lanjut ke bagian berikutnya, saya akan menampilkan chart BWPT.

Berbeda dengan AALI, bar terakhir, taken on its own, sangat bearish: Down bar besar dengan big volume menuju ke arah support. Tapi situasinya bisa sangat berbeda apabila tidak ada follow-up. Apabila bar berikutnya tidak langsung dibalik oleh bulls, chances are good low point di Agustus dibreak. Sebaliknya, apabila di next bar bulls langsung datang, terutama dengan big volume, situasi langsung ada di bulls.


Dugaan saya, hubungan intermarket AALI dengan BWPT masih akan bertahan. Bulls akan segera datang, dan BWPT menjadi lagging market di sawit. Bila kita mengambil view AALI sebagai leading market, maka jawaban terhadap nasib low bar 6 AALI will make or break BWPT.


Saya hanya akan menampilkan 3 chart disini (lebih tepatnya 2). Chart pertama dimata saya adalah hal fundamental terpenting yang menjawab mengapa saham perusahaan sawit tidak banyak bergerak walaupun CPO saat ini all-time high.

Take a closer look chart di atas. Notice kalau secara historis gross margin (excluding depreciation) AALI dan BWPT (perusahaan sawit) mengikuti harga CPO, as it should be. Hubungan ini patah setelah Q2 2020 ketika CPO mengalami kontraksi signifikan mengikuti oil price yang collapse ketika itu. Semenjak itu, CPO naik sangat tajam hingga saat ini. Tapi gross margin kedua perusahaan sawit ini hanya sedikit berubah.


Hingga saat ini saya tidak yakin mengapa gross margin perusahaan sawit sangat stabil, bukannya melonjak naik. Ada 2 penjelasan yang beredar, tapi saya nilai keduanya tidak memuaskan.


Penjelasan pertama mengatribusikan pada hasil panen yang melemah. Problem dari pandangan ini adalah gross margin yang saya lihat berlaku untuk di kedua perusahaan sawit, dan di tahun 2020 curah hujan jauh lebih baik dari tahun 2018-2019. Argumen penjelasan ini juga berdasarkan profil umur pohon sawit: semakin tua, semakin mahal maintenancenya. Dengan kata lain, fixed costny tinggi. The way I see it, perkebunan sawit AALI sudah dari dulu berusia tua. And yet, gross margin AALI saat ini jauh lebih rendah dari tahun 2012-2013 saat harga sawit bisa dibandingkan dengan saat ini. Belum lagi, kebun sawit BWPT jauh lebih muda. Saya tidak melihat bagaimana penurunan produktivitas panen, absen dari bencana alam besar, bisa menekan gross margin secara signifikan seperti sejak Q2 2020 hingga saat ini di tengah kenaikan CPO yang sangat tajam.


Penjelasan kedua ada di kenaikan pajak ekspor CPO. Saya menilainya very likely, dengan catatan extra kalau kita tidak bisa percaya sepenuhnya dengan kebijakan pemerintah di kertas. Kenaikan pajak ekspor CPO mulai berlaku di Q2 2020 dengan tarif fixed USD 55/ton. Dengan kata lain, kita bisa expect kalau gross margin akan meningkat seiring kenaikan CPO karena tarif ini fixed. Di chart bawah, Anda bisa melihat lebih mudah kalau betul gross margin meningkat sejak Q1 2021.

Selagi arah gross marginnya as expected, saya mempunyai masalah di nominalnya. Tarif fixed USD 55/ton besarnya kurang dari 10% harga CPO, dan semakin kecil relatif dari harga CPO di sepanjang tahun ini, tapi gross margin AALI saat ini (excluding depreciation) hanya 25% dibanding 36% pada tahun 2013 dengan harga CPO yang lebih rendah dari saat ini (lihat chart sebelumnya). The same is true for BWPT.


Dengan kata lain, ada faktor lain yang jauh lebih signifikan. Dugaan saya faktor itu adalah penjualan CPO mandatory untuk biodiesel dan lainnya yang disubsidi pemerintah. Subsidi ini sebagian ditanggung perusahaan sawit dalam bentuk menjual harga sawit dibawah harga market. Semenjak kebijakan biodiesel (B20 and so on) dicanangkan, saya tidak pernah menanggapinya dengan positif. It’s not green, and it’s costly to CPO producers. Suara ini jelas bertentangan dengan suara media dan social media. Subsidi yang tidak di-disclose ini efeknya jauh lebih besar dari tarif pajak.


Sekarang, pemerintah akan menerapkan tarif progresif untuk kenaikan harga sawit di atas USD 1.000/ton. Lagi, saya akan memberikan pandangan saya yang kemungkinan bertolak belakang dengan media. Dengan harga sawit saat ini, tarif yang berlaku sebesar USD 175/ton, sekitar 17% dari harga CPO saat ini. Dalam pandangan saya, ini tidak buruk. Secara efektif, harga sawit CPO berarti 17% lebih rendah. Kalau saat ini harga CPO USD 1.020, maka harga CPO secara efektifnya jadi USD 845. Coba kita balik ke tahun 2019 (atau bahkan 2020). Saya jamin management perusahaan sawit akan sangat gembira kalau tahu harga CPO bisa mencapai USD 845! Sekarang setiap penurunan sedikit saja di CPO, langsung dipandang negatif. Apalagi tarif pajak progresif. Absurd! Harga CPO USD 845 adalah mimpi di tahun 2019. Di samping itu, perusahaan mungkin bisa saja menaikan harga jual ekspor CPO. Kelangsungan subsidi yang tidak di-disclose ini, dalam pandangan saya, tetap memegang kunci apakah gross margin perusahaan sawit bisa mendekati market atau tidak, sebelum harga CPO lengser.


It should be obvious, but let me repeat this again. Mengapa fokus di perkembangan gross margin untuk perusahaan CPO? Itu karena perubahan EVA perusahaan sawit sangat bergantung pada gross margin.


Banyak yang melihat lonjakan positif net income di AALI, atau sebaliknya, jebloknya net income di BWPT. You should pay less attention to that number. EVA kedua perusahaan ini meningkat, tapi peningkatannya menyedihkan bila kita melihat harga sawit saat ini. Inilah mengapa harga saham kedua perusahaan ini juga tidak kemana-mana. Seandaninya gross margin AALI bisa kembali seperti dulu saat harga CPO di USD 800-an, AALI sudah mencetak EVA positive saat ini. BWPT, sayangnya most likely belum karena a very big blunder di tahun 2014.

Sesuai dengan assessment Wyckoff di awal, mungkin market akan segera memberitahu kita duluan prediksi mereka terhadap perkembangan gross margin kedua perusahaan ini.


Sebagai final note, saya akan menampilkan cuplikan jawaban management AALI di Public Expose belum lama ini yang menurut saya bagian terpenting. Pembaca bisa menilai sendiri apa yang sebenarnya ingin management sampaikan sebagai concern utama mereka.


Seperti yang Anda baca, USD 375 itu lebih tinggi dari yang tertulis, dan management menggubris kebijakan biodisel walaupun tidak menjelaskan lebih lanjut. Bagaimanapun, kita tidak bisa melihat kalau sejauh ini pemerintah hanya menerapkan tarif ekspor USD 55/ton. The numbers don’t add up.

139 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

CPO Roadmap

Kommentare


bottom of page