Saya pikir saat ini bull market CPO sudah jelas terlihat untuk banyak orang, jadi ini waktu yang bagus untuk meninjau ‘how we have got this far’, dan development apa yang bisa kita expect di market ini ke depan. And of course, satu alasan penting lainnya mengapa analisa ini dilakukan saat ini adalah US election 5 November 2024 yang akan berperan sebagai catapult dalam fase massive re-balancing di financial market. Kita akan melihat mengapa event ini akan memiliki dampak besar di bagian akhir dalam pembahasan chart US yield curve.
Analisa terakhir CPO yang saya publish berjudul CPO (Crude Palm Oil): At Maximum Retracement In The Start of A Bull Market [20 September 2024]. Saya telah melakukan banyak analisa untuk vegetable oil ini yang bisa Anda trace back dengan link-link yang ada di analisa itu. Chart 1 adalah alasan mengapa analisa itu dibuat dengan judul ‘maximum retracement’. Chart ini pertama kali dikirim ke seorang teman yang sudah gerah bertahan di investasi terkait CPO, apalagi mempertimbangkan untuk menambah posisi.
Chart 1. CPO: Confluence at maximum retracement
Chart 1 adalah update dari analisa dengan judul CPO Technical Update: Are We Still in a Bull Market Scenario? [5 Mei 2024] yang jelas dari judulnya sendiri merupakan update dari analisa sebelumnya yang bisa Anda trace back sendiri.
Terletak di Chart 1 yang saya kirim ke teman saya di tanggal 7 Agustus 2024 itu adalah short memo: “CPO berada di confluence zone antara fan lines dan fib retracement. Kalau CPO masih lanjut turun, kita bisa mencoret skenario bull market dan saya perlu melakukan evaluasi ulang terhadap kemampuan saya dalam memakai teknik analisa geometri”. Chart 1 hampir menjadi breaking point saya dalam mengeluarkan effort untuk analisa lebih lanjut. Hampir. The rest, as you can see now, is history.
Dari observasi saya di global market sejak analisa ‘big view’ di Agustus 2022 (Global Market Perspective: Major Market Decline Ahead & The Era of Scarcity), saya menjadi yakin kalau kita sedang berada di fase financial distortion luar biasa yang dimulai sejak Juli - September 2022 ketika US yield curve menjadi terbalik. Financial distortion ini menghasilkan asset bubble luar biasa di equity market, junk bond spread yang sangat rendah, dan harga komoditas (beserta equitynya) yang tertekan.
Di fase distorsi ini, secara jujur saya tidak menemukan ‘immediate use’ dari insight supply & demand di komoditas terkait. Ini bisa saya katakan karena analisa-analisa itu telah saya lakukan. Apa itu menggerakan market? No. Big funds hanya tertarik untuk short commodities, no matter what (dan ada alasan bagus mengapa mereka perlu mempertahankan short position – kita bahas di bagian akhir). Inilah mengapa saya mencari cara lain. Sebagian jawaban dari pencarian saya ada di hadapan Anda.
Ada 2 faktor fundamental di CPO yang saya nilai lebih penting dari faktor lain yang pernah saya bahas di bagian akhir analisa ‘Geometrical Confluence in Commodity Market Points to Major Reversal in 2024’ [25 Januari 2024]. Kedua faktor ini adalah trend inventory CPO Malaysia dan spread harga antara soybean oil dan CPO (spread harga barang substitusi). Analisa terakhir di bulan September membahas sedikit mengenai peluang besar inventory untuk membentuk seasonal peak rendah di tahun ini. Peak inventory di tahun ini akan menjadi yang paling rendah sejak fase oversupply telah berakhir di tahun 2019 (dengan pengecualian tahun 2020, for obvious reason). Salah satu alasannya adalah normalisasi demand CPO dari China yang kemungkinan besar kebanjiran sunflower oil di tahun 2023 thanks to war loot dari Russia sehingga demand CPO dari China di tahun 2023 abnormally low. War loot yang melimpah hanya akan terjadi sekali. Alasan kedua adalah kekeringan yang dibawa El Nino di sepanjang 2023. Anyway, faktor-faktor yang mempengaruhi inventory CPO sejauh ini selalu diinterpretasikan oleh market sebagai signal untuk short sampai pol.
Faktor fundamental kedua, to my surprise, menjadi trigger kenaikan CPO yang Anda lihat sekarang: Spread antara harga soybean oil dan CPO. Di analisa Januari 2024 itu saya mempoint out kalau spread di pertengahan tahun 2023 sangat besar dimana soybean oil jauh lebih mahal dari CPO (Chart 2). Di kondisi extreme seperti itu, ada 2 skenario yang paling mungkin terjadi agar spread kembali normal: Pertama, CPO naik kencang jauh melebihi kenaikan soybean oil, atau, kedua, soybean oil turun.
Chart 2 Soybean – CPO Spread 1990 – 2023 (link)
Apa yang kemudian terjadi adalah skenario kedua (of course, awalnya saya menduga skenario pertama). Soybean oil akhirnya turun secara persistent sejak Oktober 2023 sampai akhirnya berada di level CPO di sekitar 900 USD/ton (Chart 3).
Chart 3. CPO - Soybean Oil Convergence
Chart 3 adalah jawaban dari judul analisa ini. Tapi ada informasi penting lainnya di chart 3 yang hanya kelihatan oleh analyst yang mengamati market di luar 2 komoditas ini. Perhatikan secondary low dimana CPO dan soybean oil bertemu di tanggal 17 September 2024. Pembaca yang mengikuti tulisan saya akan tersenyum. Di akhir bulan September saya mengeluarkan analisa gas market yang menekankan kalau sesuatu yang besar sudah terjadi di sekitar tanggal 19 September 2024 yang ditandai dengan key pivot di gas market dan US 10y yield*. Analisa itu saya beri judul: Natural Gas Major Turning Point: It Begins With It, and Ends With It [29 September 2024]. Now, here is a question. Apa yang saya maksud dengan ‘It’? Keberhasilan atau keguguran Anda di financial market mungkin bergantung dari jawaban Anda terhadap pertanyaan itu.
*Sebelum analisa trend change di gas market, di awal September saya mengeluarkan prediksi wheat market di ‘Wheat Price Major Turning Point Is Here & How The Past Repeats Itself’. Di bagian akhir saya menulis, “Apabila pivot low wheat kali ini memulai bull market, sebagaimana saya duga lewat analisa ini, maka kita bisa expect bull market di komoditas agrikultur lainnya (soybean, corn, dan CPO, termasuk energy prices (crude oil, natural gas, dan coal)”.
Balik ke topik CPO. Selagi saya percaya kalau bull market di CPO masih dalam tahap dimana ‘banyak orang baru mulai menyadari kalau trend sudah berubah’, in the long run, bull market CPO tidak bisa terjadi secara vacuum. Kita perlu bull market di soybean oil juga. Chart 4 menunjukan downtrendline sederhana di soybean oil. Di tanggal 1 November 2024, trendline ini berhasil ditembus dengan strong bar. Apabila bull market di soybean oil telah dimulai, maka soybean baru menemukan resistance kuat ketika mencapai level 68. Why? Russia.
Chart 4. Soybean oil just broke downtrendline
Forecast yang sama juga berlaku untuk CPO (Chart 5).
Chart 5. CPO: Projection
Bull market di CPO dan soybean, in the long run, juga membutuhkan bull market di crude oil. Quite likely, agar level resistance kuat di soybean oil dan CPO bisa tembus, market membutuhkan crude oil di atas level 93. Unfortunately, crude oil adalah komoditas yang menjadi target utama short selling big funds. Saya terpukau melihat rapid sell-off di tanggal 28 Oktober. Tapi, dan lagi, ini menjelang US election. Selama gas market berada di skenario bull market, maka bull market di crude oil tingga menunggu waktu.
Berbicara tentang waktu, sepertinya ada 118 weeks cycle di US government bond (Chart 6). Cycle ini dimulai di COVID low dan berakhir di pivot high sebelum akhirnya terjadi yield curve inversion. Dari pivot high tersebut yang terjadi di 13 Juni 2022, kita telah melewati 118 minggu di tanggal 16 September 2024 yang sekarang bisa dilihat sebagai pivot low bonds. Lebih penting dari itu adalah kenyataan kalau yield curve sekarang sudah un-inverted.
Chart 6: US yield curve: 118 weeks cycle & Un-Inverted
Chart 6 membawa pertanyaan penting: Apakah The Fed bisa kembali membuat yield curve ini inverted kembali seperti yang dilakukan di Oktober 2023 dengan mendorong rates turun? Saya pikir jawabannya tidak apabila crude oil mengalami bull market. Di saat ini, mainstream view sangat bearish untuk crude oil. Pandangan oversupply dan bad demand seperti yang dikemukakan oleh analyst S&P Global dan Citigroup mendominasi narasi oil market saat ini. I bet the opposite will happen. Di analisa gold kemarin (The Gold Bugs’ Twilight = The End of Equity Bubble), saya mempoint-out kalau crude oil dan wheat saat ini sangat, sangat murah apabila dibayar dengan gold.
Kita telah membahas CPO dan bagaimana market itu berhubungan dengan yang lainnya dan membuat pertimbangan bagaimana market-market ini saling terkait ke depan. Bagaimana dengan saham CPO sendiri?
Dalam pandangan saya, majoritas investor CPO masih didominasi oleh pesimisme karena pengalaman buruk di fase bull market CPO 2020-2021 yang sangat, sangat mengecewakan untuk perusahaan sawit thanks to export tax regulation. Performance perusahaan sawit di cycle itu sangat mengecewakan sampai terjadi decoupling dengan saham perusahaan oil seeds lainnya seperti Bunge. Tapi dari apa yang saya tahu, peraturan tarif ekspor CPO telah berubah drastis di bulan September kemarin. Kita hanya akan baru tahu kenyataannya bagaimana di hasil Q4 2024.
Sejauh ini, saham perusahaan sawit akhirnya memberi respons terhadap kenaikan harga CPO. That has NOT been the case in 2023. Di pertengahan Juni 2024, saya mengeluarkan analisa ‘Geometrical Confluences in Palm Oil Stocks Is Here: AALI & LSIP’ yang menunjukan kalau kedua saham itu sudah mencapai ‘point of interest’ secara geometri. Lebih lanjut, Anda bisa melihat sendiri posisi extreme indikator momentum di AALI di saat itu yang coincide dengan siklus 174 minggu. Chart 7 & 8 menunjukan kembali projeksi geometri di saham AALI dan LSIP.
Chart 7: AALI fib projection 18 June 2024**
**As it turned out, precise pivot low di AALI membutuhkan adjustment terhadap gap (anchor seharusnya dibuat di high point bar setelah gap terjadi).
Chart 8: LSIP fib projection 18 June 2024
Untuk kali ini, turning point saham sawit terjadi lebih dahulu sebelum CPO. Kenaikan saham sawit terjadi secara menyeluruh, tapi pesimisme di market masih tinggi sehingga persepsi publik di nama saham yang lebih kecil atau dibenci masih negatif. That’s a big mistake, in my view.
Seperti halnya dengan soybean oil dan CPO yang membutuhkan bull market di crude oil, begitu juga halnya dengan saham sawit. Bull market di saham sawit membutuhkan bull market di saham oil seeds lainnya. Sebagai produsen vegetable oil (selain CPO) terbesar di dunia, saya memonitor perkembangan saham Bunge (BG) untuk menakar capital flow.
Sama dengan yang terjadi di saham oil & gas seperti Exxon, saham Bunge juga menghadapi intense selling pressure menjelang US election. Bunge saat ini sudah hampir mencapai pivot low September 2022. Apabila kita sudah melihat turning point di soybean oil, maka support level September 2022 ini kemungkinan besar tidak akan tembus signifikan dan memiliki potensi besar untuk menjadi titik turning point. Turning point di Bunge kemungkinan besar juga akan diiringi dengan turning point di saham oil & gas. Semua ini tidak bisa terjadi apabila crude oil masih lanjut turun. Tapi apabila tidak, maka turning point di Bunge adalah konfirmasi tambahan untuk saya kalau global capital flow telah bermigrasi ke komoditas.
Chart 9: Bunge (BG) projection
Comments