Analisa ini adalah kelanjutan dari analisa global yang pertama kali dibuat di Agustus 2022 (link). Analisa itu dibuat karena saya melihat Hang Seng kemungkinan besar akan menembus upward trendline terpenting untuk Hang Seng. Hang Seng akhirnya menembus trendline tersebut dan hal itu menandakan awal bear market besar di China. Hang Seng adalah domino global pertama yang jatuh.
Analisa global kedua (link) dibuat di sekitar bulan Maret 2023. Alasan utama analisa itu keluar di saat itu adalah saya melihat kerusakan fatal di roda global financial bernama Credit Suisse – bank terbesar kedua Swiss dan trend US interest rate menunjukan reversal menjadi bull trend (saya menyarankan pembaca untuk memberi perhatian extra di grafik ‘EMEA Maturity Wall’).
Analisa global ketiga (link) dibuat di bulan April 2023. Alasan utama mengapa analisa itu saya tulis di saat itu adalah karena eskalasi perang di Ukraine sudah mendekati fase kritis dimana area Bakhmut ketika itu hampir jatuh ke tangan Russia. Jatuhnya area Bakhmut adalah ‘point of no return’ dimana eskalasi perang akan memberi konsekuensi global yang masih belum termanifestasi secara penuh hingga saat ini. Analisa ketiga ini memberi emphasis di situasi perang Ukraine dan kondisi supply energy dunia dimana sumber utama gas untuk Germany telah diledakan dan US telah menghabiskan 50% oil reserve mereka untuk mensubsidi Europe.
Kejatuhan domino global pertama (China) sudah cukup untuk me-reverse superdebt cycle dan membuat seluruh dunia menghadapi debt crisis yang belum pernah terjadi dalam skala sebesar ini, dengan tahun puncaknya yang akan terjadi di tahun 2025-2026. Tapi apa yang terjadi tidak hanya tangga jatuh, tapi juga atap rumah roboh. Perang Ukraine-Russia, hancurnya Nordstream pipeline, dan sekarang eskalasi yang dilakukan Israel, semuanya menjamin kalau harga bensin Pertamax saat ini adalah harga terendah dalam sepanjang sisa umur kita semua, dan cepat atau lambat record high FAO Food Index tahun kemarin akan berhasil dilampaui dengan good margin.
Domino global kedua berasal dari Germany. Domino kedua sudah jatuh dengan meltdown saham Volkswagen di hari Jumat 19 Oktober 2023. Ini adalah alasan utama mengapa saya membuat analisa ini. Kebanyakan orang tidak menyadari kalau saat ini adalah momen critical: sebuah permulaan dari downturn cycle besar di pasar modal global, dan momen dimana upward cycle komoditas akan membuat apa yang saya katakan di atas menjadi kenyataan. Periode yang akan kita masuki saat ini akan dikenal sebagai 'dragflation': resesi global yang disertai inflation spike, disertai dengan debt default dimana-mana. Periode ini akan menentang asumsi besar ekonom terhadap long term growth.
Apa yang akan saya lakukan disini adalah melihat apa yang akan terjadi di market secara umum setelah global domino kedua telah jatuh. Krisis besar juga berarti kesempatan besar untuk banyak uang berpindah tangan. Kunci berinvestasi ada di dalam 2 hal: Pertama, mengerti apa yang dihindari. Kedua, mengerti kapan dan dimana untuk mengambil risiko – setelah assessment point pertama dilakukan. Analisa ini akan membahas keduanya secara singkat dan practical dengan melihat hubungan berbagai market.
Quick links:
The Fall of The Second Global Domino: Volkswagen
Saya mulai dengan main event: Volkswagen (VOW). Domino global financial kedua yang jatuh adalah Germany dengan indikator awal di sektor automotif.
Volkswagen Has Collapsed

Pada tanggal 20 Oktober 2023, VOW telah membuat lower low setelah gagal menembus area support yang dibentuk tidak lama setelah invasi Russia terjadi. Lower low ini adalah konfirmasi kalau downtrend Volkswagen berjalan kembali.
Notice ada 2 tanggal penting yang saya mark: Tanggal pertama adalah awal invasi Russia (22 Februari 2022) dan tanggal kedua adalah ketika Nordstream pipeline meledak (26 September 2022). Downwave yang terjadi di kedua tanggal penting ini memiliki proporsi golden ratio.
Kedua tanggal penting ini menghasilkan critical support yang sudah ditembus dengan gap pada tanggal 1 September 2023, dan kita baru mendapat konfirmasi hari Jumat kemarin. Perlu sekitar setahun untuk market menyadari betapa buruknya kondisi auto manufaktur Germany setelah sumber utama energy murah mereka telah hancur selamanya.
Next to fall: Deustche Bank
Kejatuhan Volkswagen adalah intro dari kejatuhan domino global yang jauh lebih besar: Deutsche Bank (DB), bank terbesar di ekonomi nomor empat di dunia. Mungkin lebih tepat dikatakan kalau domnio kedua yang sesungguhnya adalah bank ini.
DB jelas adalah bank yang too big too fail, tidak hanya untuk Germany. Saya pikir kemungkinannya besar kalau initial downwave yang akan terjadi sebentar lagi di DB akan mentrigger respons stimulus moneter. Hingga saat ini di akhir Oktober 2023, harga saham DB belum jatuh.
Deutsche Bank Will Soon Follow to Go Down, But Expect QE Saves The Day….

Downwave yang akan segera terjadi akan tajam seperti apa yang terjadi di bulan Maret 2023 dan akan menjalar ke saham bank-bank besar lainnya. Saham bank BCA dan Mandiri bukan pengecualian. Tapi bila hal ini yang terjadi, maka bank sentral ECB dan the Fed akan segera me-reverse kebijakan mereka. Quantitative Easing massive akan dilakukan dan downwave DB akan berhenti. Saya expect QE ini akan dimulai di sekitar akhir tahun ini. Loose monetary policy akan dipertahankan, apapun yang terjadi dengan inflasi, sampai menjelang pemilu US di akhir tahun 2024.
QE massive ini akan mendongkrak berbagai macam saham, tidak hanya saham banking (i.e GoJek (GOTO)). Saham DB akan rebound besar sepanjang tahun 2024 dan menyebabkan banyak investor complacent. Tapi fase complacency ini adalah prelude dari downwave yang jauh lebih besar dari apa yang pernah terjadi. Fase berikutnya ini akan dikenal sebagai The Great Panic, The Great Crash, etc.
Saya menghimbau pembaca untuk melihat kembali grafik debt maturity yang ada di analisa global bulan Maret 2023. Anda akan tahu kalau wilayah EMEA memiliki utang jatuh tempo paling besar di tahun 2025. Jangan terjebak dalam persepsi umum yang tercipta karena efek stimulus moneter besar nanti dan mengira semuanya kembali ke recovery mode.
Sekarang saya lanjut ke bagian 'apa yang perlu dihinidari'.
Interest Rate Will Spike & Stocks to Avoid
Kesempatan berinvestasi di masa krisis sangat besar…bagi mereka yang memiliki capital dan mampu mempertahankannya. Banyak investor akan gagal karena mereka terbuai dengan narasi 'economic recovery after COVID' yang ditandai dengan melonjaknya pembelian automotive setelah tahun 2021 berakhir.
Saya telah membahas kalau 'economic recovery miracle' ini adalah karena Bank Indonesia menurunkan suku bunga ke record low di analisa global kedua. Kebijakan ini membuat masyarakat Indonesia percaya kalau suku bunga akan selamanya rendah. Ditambah dengan kondisi hidup yang semakin sulit, masyarakat Indonesia semakin bergantung dengan kredit. Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) mencatat nominal transaksi kartu kredit Indonesia mencapai record high di sepanjang tahun 2023.

source: AKKI
Di sisi lain, promosi loan shark beraplikasi merajalela. Semakin seringnya saya ditelpon marketing loan shark dan iklan loan shark di youtube – semakin saya yakin kalau Indonesia big debt bubble sudah pecah. Semakin banyak masyarakat Indonesia yang sudah tidak bisa menutup utangnya lagi karena kredit baru memiliki bunga yang lebih tinggi.
Kondisi ini akan menjadi semakin parah karena interest rate akan lanjut naik….tajam.
Downwave di sektor banking yang akan terjadi, yang dimulai dari Deutsche Bank, adalah periode dimana capital outflows di emerging market akan terjadi secara besar-besaran. Capital outflows ini akan banyak berasal dari investor asing yang menjual obligasi negara untuk menukarnya dengan USD (dan mata uang asing advanced economies lainnya). Dengan demikian, periode downwave yang akan terjadi sebentar lagi ini akan membuat rupiah melemah secara signifikan, dan long term rates naik tajam. Jika Anda pikir sekarang USD/IDR dan 10 year yield sudah naik tajam…ini masih prelude dari kenaikan yang lebih tajam lagi. Periode paling berbahaya untuk rupiah bukan terjadi ketika the Fed menaikan suku bunga, tapi terjadi di periode ketika the Fed akan menurunkan suku bunga. Pembahasan dengan chart yang lebih detail bisa dibaca di analisa global Agustus 2022.
Ada pattern yang mengindikasikan kenaikan tajam interest rate Indonesia. Trend 10Y dan 1Y bond biasanya sama. Tapi terkadang mereka berbeda, biasanya terjadi karena bank Indonesia menurunkan suku bunga sehingga 1Y rate turun jauh lebih tajam dibanding 10Y (kebijakan Bank Indonesia lebih mempengaruhi short end (1Y) dibanding long end (10Y)). Here's the thing. Periode divergence pada akhirnya berujung ke convergence. Ketika convergence terjadi, apa yang selanjutnya terjadi adalah kenaikan tajam interest rate di kedua 10Y dan 1Y. Trend mereka akhirnya sama lagi. Convergence ini terakhir terjadi di akhir tahun 2012. Tapi apa yang akan terjadi kali ini akan lebih tajam karena global market akan berada di fase melt down.

Di fase kenaikan tajam interest rate yang akan datang ini, big losers adalah big winners kemarin. Sektor-sektor ini mendapat big boost karena BI rate turun sepanjang tahun 2020-2021.
Indikator awal di pasar saham yang menandakan debt bust Indonesia sudah dimulai berada di sektor automotif. Kita telah melihat kejatuhan tajam di saham AUTO (Astra Otoparts). Tapi kejatuhan di sektor ini sudah diawali terlebih dahulu di produsen ban mobil GJTL (Gajah Tunggal). Market top AUTO terjadi sekitar satu bulan setelah market top GJTL.
Debt cycle downturn ini juga diindikasikan dengan terbentuknya critical failure di saham Cikarang Listrindo (POWR). Ketika industri automotif booming, seperti yang terjadi di tahun 2022-2023 karena low interest rate (yang sekarang sudah berakhir), permintaan listrik dari pabrik meningkat. Di analisa POWR di akhir bulan Juli 2023, saya mengingatkan pembaca kalau upward cycle POWR sangat rentan berakhir. Konfirmasi berakhirnya upward trend terjadi apabila POWR menembus trendline spesifik yang saya tampilkan kembali di bawah ini.

Setelah analisa itu dibuat, POWR membuat sekali lagi upward swing sebelum akhirnya jatuh menembus trendline tersebut. Chart dibawah ini menunjukan posisi POWR saat ini dengan trendline yang sama.
POWR….critical failure = bear market confirmed

Di tanggal 26 Oktober 2023, POWR membuat critical failure dengan gagal menembus support level yang terbentuk ketika trendline ditembus. POWR berada di tahap awal downtrend. Expect downtrend di POWR kali ini akan membentuk new low.
Big bust di automotif berarti bust untuk kreditur yang membuat boom auto terjadi. Satu bank yang memiliki korelasi kuat dengan AUTO adalah bank Niaga (BNGA). Saat ini, saham BNGA terlihat masih kuat, seperti juga dengan big banks lainnya (BCA, BRI, Mandiri). But, rest assured, ketika interest rate (lihat 10Y dan 1Y rate) lanjut naik, saham BNGA akan turun kencang.
What's Next for Bank Niaga (BNGA): Going Down Hard!

Periode kejatuhan saham BNGA kemungkinan besar akan diiringi dengan periode jatuhnya saham big banks Indonesia: BBCA, BMRI, dan BBRI. Sejak analisa global pertama di tahun lalu, saya memperingatkan pembaca untuk memperhatikan saham JP Morgan (JPM). Big banks saling terkait. Di tanggal 27 Oktober 2023, saham JPM turun dengan membuat gap. Kenyataan kalau gap ini terjadi sebelum retracement berhasil menutup gap tanggal 13 Januari 2022 adalah pertanda yang sangat bearish.
JP Morgan…a very bearish gap

Semua ini menandakan kalau kemungkinannya sangat besar kalau saham big banks Indonesia telah membentuk historic high mereka.
Tapi seperti yang saya jelaskan di bagian Deutsche Bank, periode meltdown ini akan mendapat rebound kuat ketika the Fed membuat kembali program QE besar-besaran. Market rebound ini akan membuat banyak investor kembali merasa complacent…sebelum akhirnya big downturn berikutnya terjadi di tahun 2025. Walaupun saya expect market rebound terjadi ketika QE terjadi, tapi rebound yang terjadi tidak melebihi market top. Market top di big banks Indonesia adalah historic high yang tidak akan disentuh lagi bahkan dalam 10 tahun ke depan…nay…mungkin tidak akan disentuh lagi.
BBCA….same scenario with Deutsche Bank & JP Morgan

Sekarang Anda tahu apa yang perlu dihindari. Ke dalam list ini saya perlu membuat mention khusus untuk saham ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur). Downturn di ICBP akan sangat besar karena akuisisi jumbonya di Middle East yang telah membuat EVA Indofood terkontraksi signifikan, secara permanent. Investor hingga saat ini masih menutup mata terhadap kenyataan ini. Tapi seiring dengan kenaikan interest rate, posisi ini akan berubah. (See: EVA Brief ICBP Q3 2020)
The Great Commodities Opportunity
Sangat sulit untuk saya membayangkan bagaimana harga komoditas bisa balik ke range rendah 2019. Perang Ukraine – Russia belum selesai, dan sekarang kita mendapat konflik yang sangat rentan menyeret semua Middle East. Jika Anda berpikir episode perang Ukraine sudah berakhir, Anda akan terkejut betapa salahnya pandangan itu. Jika Anda berpikir kalau perang besar dengan penghasil utama berbagai komoditas tidak memiliki pengaruh terhadap harga komoditas....well..itu juga yang market katakan…setidaknya untuk saat ini. Harga gandum saat ini jauh dibawah sebelum perang di Ukraine dimulai.
Sebelum perang terjadi, Ukraine mengekspor 90% produk agrikulturnya (gandum, sunflower oil, soybean, corn, etc) lewat Black Sea – yang sekarang dikontrol oleh Russia – dan, grain deal sekarang sudah mati. Market kelihatannya baru bangun sekarang dengan kenaikan oil price yang sudah jelas terlihat.
Di bagian ini saya hanya akan menampilkan indeks komoditas. Forecast komoditas spesifik, termasuk CPO, bisa dibaca di analisa The Current State of Commodity Market yang terbit 16 Oktober 2023 kemarin.
Di analisa April 2023, saya menampilkan Elliott Wave count untuk index komoditas. Analisa saya ketika itu menunjukan wave count yang menandakan kalau big cycle bull market komoditas berikutnya sudah dimulai di pertengahan tahun 2020. Ini adalah big cycle. Downturn yang terjadi di sepanjang pertengahan tahun 2022 hingga saat ini adalah fase koreksi dalam big bull market cycle ini.
Commodity Index 13 April 2023 Wave Count

Apa yang berbeda sekarang adalah interpretasi saya kalau big bull market cycle ini bukan A-B-C zig-zag seperti yang ditunjukan chart di atas. Chart dibawah ini menunjukan interpretasi baru saya yang menunjukan kalau saya melihat full impulsive wave sedang terjadi. Ini berarti kita sedang memasuki wave 3 saat ini. Implikasinya jelas untuk yang mengerti Elliott Wave Principle. Interpretasi full impulsive wave count ini saya ambil karena tidak ada resolusi damai dengan Russia dan menyebarnya perang di Middle East.
Commodity Index (Updated Wave Count): Tremendous Upside Potential!

Pembaca yang kurang familiar dengan terminology Elliott Wave bisa mengambil dua takeaways:
Pertama, bull run komoditas kali ini akan sangat besar. Jauh melebihi interpretasi A-B-C awal di atas. Kenaikan indeks komoditas yang akan terjadi akan melebihi keseluruhan bull leg dari pertengahan tahun 2020 sampai peak awal 2022. Hal ini berarti record breaking FAO Food Index dan kemungkinan besar harga oil yang melampaui record high tahun 2008 di 148. Ini berarti kenaikan oil price double dari harga saat ini.
Kedua, pandangan wave 3 akan semakin solid ketika indeks melewati level 25,63. Harga indeks saat ini di 25,00. Anda sekarang mengerti mengapa saya mengatakan kondisi komoditas saat ini berada di point critical. Ketika level 25,63 dilewati, level resistance penting di berbagai komoditas juga akan dilewati. Momen breakout ini akan diikuti dengan periode kenaikan kencang indeks komoditas yang persistent.
To Recap…
Domino global kedua telah jatuh dengan critical failure di saham Volkswagen (VOW3). Domino pertama yang sudah jatuh adalah Hang Seng (China). Domino kedua adalah Germany. Jatuhnya domino kedua ini akan menyebar di sektor banking yang membuat stock market index berada di fase melt down. Fase melt down ini akan membuat banyak investor asing panik untuk menarik kepemilikan mereka di obligasi negara sehingga nilai tukar rupiah semakin hancur dan interest rate Indonesia (dan emerging market lainnya) naik tajam. Di periode yang sama, fase koreksi komoditas yang dimulai di awal tahun 2022 hingga bulan Juni 2023 telah berakhir. Fase bull market komoditas sudah lanjut berjalan, dipimpin oleh oil price yang sudah membuat bottom di bulan Maret 2023. Tapi expect market meltdown (yang dipimipin oleh sektor banking) akan segera disusul dengan rebound kuat karena the Fed akan mengadakan QE massive untuk menopang market (dan juga karena US akan mengadakan pemilu di akhir tahun 2024). Jika QE dilakukan, expect market rebound yang terjadi di sepanjang tahun 2024 akan membawa kembali complacency di banyak investor. Fase complacency ini akan diikuti dengan The Big Crash yang mungkin terjadi di tahun 2025 ketika utang Emerging Markets jatuh tempo dalam jumlah yang unprecedented.
Saya akan menutup analisa ini dengan prediksi yang saya utarakan di bulan Maret 2023:
“Downturn di BMW dan MBG* akan diiringi dengan downturn di Deutsche Bank (DB). Ketika domino akhirnya jatuh di S&P 500 yang kita lihat juga di kategori strong banks (JP Morgan dan Bank of America), market meltdown di IHSG hanya tinggal perkara waktu. Ketika itu terjadi, expect capital outflows massive yang memiliki dampak kenaikan di long-term rate dan pelemahan rupiah secara signifikan. Dimana fase bear market IHSG akan paling terasa? Di komponennya yang paling dominan saat ini: big banks yang dipimpin oleh BBCA.”
*Fokus di BMW dan MBG diganti dengan Volkswagen (VOW) karena saya menilai VOW lebih bergerak duluan. Pada ujungnya, trend auto Germany ini sama: downtrend.
Related Analysis:
Comments