Di analisa geometri Dow Jones 28 Februari 2024, saya mengatakan analisa berikutnya adalah Elliott Wave BBCA (DJIA: It's Over, Folks!). It was put on hold..until now. Anda akan lihat kalau chart-chart wave count di bawah dibuat di pertengahan Januari 2024. Apa yang terjadi? JP Morgan.
Jadi seperti ini….Saya telah menghimbau pembaca sejak analisa global pertama di tahun 2022 (Global Market Perspective: Major Market Decline Ahead & The Era of Scarcity) untuk melihat sektor banking secara global, jangan hanya big banks Indonesia. Big banks stocks don't walk alone. Selagi saya sudah menyelesaikan wave count di BBCA sejak bulan Januari 2024, tapi saham JP Morgan selalu membuat all-time highs sampai awal bulan April ini.
Sekarang keadaan akhirnya berubah untuk JP Morgan. Di hari Jumat 12 April 2024 kemarin, saham JP Morgan plunging. Sekarang hampir semua chess pieces telah line-up. Saya telah menjelaskan satu key chess piece sebelumnya di UBS yang hanya tinggal menunggu waktu (Short memo pt.2: Banking Mad Cash Injection Miracle Is at Its End (UBS, The Canary In The Mine) . Ketika UBS akhirnya turun menembus trendline, that's when global banking snowball starts to roll. UBS belum menembus trendline tersebut di saat saya menulis analisa ini. It will. Soon.
Apa yang akan saya lakukan disini adalah saya akan menjelaskan secara singkat thought process saya selagi membuat wave count bank BCA dibawah. Saya tidak akan menerangkan semuanya untuk membuat analisa ini sesingkat mungkin. Pembaca perlu familiar dengan Elliott Wave Theory. Di bagian akhir, saya akan menunjukan valuable information berupa siklus antara perubahan BI rate dengan BBCA yang saya temukan yang akan memperkuat case kalau di bulan Maret 2024 ini BBCA telah membuat major pivot.
Figure 1 menunjukan 4 fase bull market di BBCA semenjak GFC 2008 yang diukur dengan perubahan angle trendline yang saya beri notasi 1-4. Note fase kedua berakhir di tahun 2014 ketika Indonesian household Debt/GDP peak. Fase ketiga adalah fase bull market terkuat. Fase ini dimulai ketika Bank Indonesia menurunkan BI rate terbesar dalam sejarah.
Kita sekarang berada di fase keempat yang interestingly enough, memakai angle yang sama dengan fase ketiga. Angle ini saya sebut sebagai 'bull market trendline'. Implikasinya sama dengan trendline di UBS. Chart ini saya tunjukan ke teman saya sebagai chart terpenting untuk forecast BBCA dan tidak saya share di EVA Brief. Di ujung analisa ini, kita akan kembali ke chart ini.
Figure 1. 4 major phases of BBCA bull market post GFC 2009
Jika patokan kita hanya perubahan angle, maka first impression adalah Elliott Wave tidak applicable untuk BBCA. Ini karena di dalam Wave Theory, fase bull market terdiri dari 3 (wave 1, 3, dan 5), bukan 4 fase sebagaimana ditulis kembali dalam A-B-C-D di Figure 2. Awalnya saya mengira peak Januari 2020 adalah akhir dari wave 5. This is wrong. Point dimana saya yakin kalau peak Januari 2020 bukan fifth wave terjadi di bulan September 2022 (satu bulan setelah analisa global pertama dibuat) ketika BBCA membuat new high. At that point, BBCA sudah terlalu jauh ke atas untuk mempertahankan skenario expanded flat.
So, what to do about it?
Figure 2. Early Wave Count (fifth wave ends on Jan 2020)…but wrong.
Saya memulai kembali wave count dengan key information yang diberikan BBCA: low Maret 2020. Area dimana terjadi back-to-back retracement ini kemungkinan besar adalah wave 4 dari suatu degree (Figure 3). Saya mulai wave count dari sini.
Figure 3.
Langkah berikutnya adalah membuat sub-division. Elliott Wave memiliki rules yang tidak boleh dilanggar. Saya akan menjelaskan apa yang saya lakukan dengan sangat singkat.
Figure 4 saya mensubdive wave 3. Di Figure 5, saya mencoba mencari 5 wave structure sebelum wave 2 (awal dari wave 3). Apa yang saya lakukan di Figure 5 adalah saya membuat fifth wave extension di wave 1 yang lebih besar. Figure 6 membuat jelas apa yang saya maksud.
Jika setelah melihat Figure 4-6 penjelasan ini masih terlihat abstrak, Anda belum memiliki pengetahuan solid di Elliott Wave. Mengapa saya memperlihatkan Figure 5-6? Karena bagian ini adalah bagian tersulit tapi menjadi bagian terpenting yang menunjukan kalau kita bisa membuat 5 wave count yang valid di BBCA. Figure 5-6 menunjukan bagaimana fase A & B di Figure 2 adalah wave 1 yang valid. Wave count bukan market swing.
Figure 4. Third Wave Subdivision
Figure 5
Figure 6
Kita sudah mendapatkan wave 1 dan 3 yang valid. Sekarang kita memiliki alasan yang valid untuk memandang apa yang terjadi setelah low 2020 adalah wave 5.
Tapi struktur bull market yang terjadi setelah low 2020 terlalu banyak back-and-fill. Satu skenario adalah expansion di salah satu wave terjadi. Implikasi dari interpretasi wave extension adalah bull market BBCA masih jauh dari selesai (Figure 7) dan BBCA akan setidak-tidaknya mencapai upper parallel line. Ini berarti BBCA akan jauh melebihi 11.000. Skenario ini senada dengan cover Annual Report 2023 Bank Mandiri yang menampilkan astronot (setelah . Hubris at its finest.
Dari hanya Elliott Wave saja, skenario Figure 7 adalah wave count yang valid. Tapi semua analisa yang telah saya lakukan sejauh ini membuat saya yakin kalau skenario bullish ini hampir tidak mungkin terjadi. Untuk pembaca baru, saya menyarankan membaca analisa UBS (Short memo pt 2) sebagai konteks. Analisa itu adalah bagian integral dalam framework analisa banking Indonesia saya.
Figure 7. Highly unlikely bullish wave count scenario
Dengan banyaknya back-and-fill movement dan sekarang skenario impulsive extension telah dicoret, kita tersisa dengan satu skenario impulsive pattern: ending diagonal. Ending diagonal (atau wedge) tersusun dari 5 waves yang memiliki subdivision 3s. Subdivision ini hanya boleh terjadi di ending diagonal (Figure 8).
Figure 8. Ending Diagonal Scenario
Ending diagonal (atau wedge) memiliki struktur yang mengerucut dengan directional ke atas. Dari sejak pertengahan Januari 2024, struktur wedge ini sudah bisa dilihat untuk mata yang terlatih. BBCA masih membentuk higher-high semenjak chart di Figure 9 dibuat. Saya tidak perlu mengupdate chart ini.
Figure 9. Complete Wave Count: BBCA
Implikasi wave count di atas ada 3:
Pertama, sama seperti yang saya mention di Figure 1, bear market BBCA akan terkonfirmasi ketika 'bull market trendline' ditembus.
Kedua, BBCA kemungkinan besar akan jatuh dengan cepat menuju ke awal ending diagonal (low Maret 2020) ketika bull market trendline ditembus. Expect BBCA akan kembali ke low 2020 dalam waktu yang jauh lebih singkat dari keseluruhan wave 5. Dari low 2020 hingga peak Maret 2024, ada sekitar 1458 hari. Saya expect BBCA akan mencapai low 2020 kembali dalam waktu yang jauh lebih cepat dari itu.
Ketiga, BBCA telah menyelesaikan full impulsive wave count yang dimulai sejak IPO. Peak di 10.250 tidak akan terulang kembali. Apabila dunia menuju ke fase krisis utang massive, sebagaimana saya prediksi akan terjadi ketika junk bond spread lompat (yang akan mendapat momentum tambahan di tengah-tengah fase bull market komoditas), maka downtrend BBCA akan mengantar BBCA jauh di bawah low 2020 di 4.360. Level 4.360 kemungkinan tetap akan memberikan support. Tapi reaksi yang terjadi adalah koreksi. Trend besarnya tetap downtrend.
Dalam analisa besar Global Market Perspective: The Calm Is Ending, Storm Is Coming Part 1 (Maret 2023), saya membuat assessment EVA (Economic Value Added) BBCA dengan tujuan untuk mengukur seberapa besar unsustainable premium yang ditaruh oleh investor. Di bagian BBCA Valuation: The Pinnacle of Indonesia Stock Market Bubble, saya mengukur kalau apabila 'excess growth expectation' hilang, maka value BBCA sekitar 3.200/share. Assessment tersebut menggunakan metode yang saya pakai di analisa Unilever Indonesia (Making Valuation Works: UNVR). Itupun dengan asumsi kondisi BCA di tahun 2021 yang sangat bagus bisa dipertahankan. Saya yakin performance bagus itu tidak bisa dipertahankan (apalagi record high 2023) ketika default wave kredit terjadi. Perubahan di harga saham BBCA akan terjadi jauh lebih cepat sebelum berita default wave mulai menjadi mainstream.
Selagi BBCA membentuk ending diagonal yang menyelesaikan struktur 5 wave besar, di sektor komoditas, CPO, saham AALI kelihatannya juga baru menyelesaikan ending diagonal - but, in the opposite direction. (Improve Your Trend Analysis with Elliott Wave pt.2: AALI)
Sekarang kita berada di bagian akhir. Saya mengatakan di awal kalau kita akan kembali full circle ke Figure 1 setelah ini selesai. Dari Figure 1, kita bisa melihat kalau fase terkuat BBCA terjadi dalam periode BI menurunkan interest rate secara agresif yang dimulai pada akhir tahun 2015. Kita juga bisa melihat kalau fase bull market terakhir yang dimulai sejak low 2020 memakai angle yang sama. Fase ini juga tidak terlepas dengan BI kembali menurunkan interest rate ke historic low.
Saya menemukan di antara BI rate dan BBCA ada 600 days cycle. Di Figure 10 saya membuat dotted line dan solid line. Dotted line menunjukan periode Bank Indonesia menurunkan interest rate sampai berakhir. Sebagai contoh, di Desember 2015 BI menurunkan rates dari 7,5% sampai 4,3% di September 2017. Jadi ada sekitar 640 hari untuk kebijakan loose monetary policy.
BI kemudian me-reverse policy di April 2018. Tanggal dimana policy reversal ini terjadi saya beri tanda solid line. Solid line kedua adalah tanggal pivot high BBCA terjadi. Dari tanggal dimulainya policy reversal, market (BBCA) baru membentuk pivot high 609 hari kemudian di Desember 2019.
BI memulai kembali loose monetary policy di Juni 2019 yang berlangsung selama 611 hari mengantar rates ke all-time low.
Di Juli 2022, BI me-reverse policy. Saat ini sudah 609 hari berlalu sejak policy reversal terjadi.
Kita sekarang mendapati kesamaan fase 3 bull market BBCA dan fase 4 saat ini dari 'time & angle'.
Figure 10. The 600 Days Cycle (BI rate & BBCA turning point)
Updated Chart: 16 April 2024 (pre-open)
Comments