Tema berulang yang menjadi emphasis dalam analisa saya selama lebih dari satu tahun ini adalah kita sedang berada di fase market distortion extreme yang dimulai sejak September 2022 ketika 2 events besar terjadi:
Pertama, indeks Hang Seng menembus long-term trendline dan memasuki fase bear market besar (lihat prediksi di analisa Global Market Perspective: Major Market Decline Ahead & The Era of Scarcity). Trendline break ini menjadi tanda dimana bubble di sektor property China akhirnya memasuki sisi gelapnya. Anda hanya perlu melihat headline berita sekarang mengenai stimulus China untuk tahu kalau fase property bust masih hidup dan mendapat momentum. Saya tidak percaya kalau stimulus ini bisa mencegah hard-landing dalam apa yang akan dikenang sebagai bubble terbesar dalam sejarah manusia – melebihi property bubble di Jepang. Mungkin di lain hari saya akan membahas mengenai property market China.
Kedua, thanks to war with Russia, Nordstream pipeline yang memberikan sumber energy murah untuk Germany telah meledak. Gas murah dari Russia adalah sumber competitive advantage industri manufaktur di Germany. Berita terbaru mengindikasikan kalau Volkswagen akan PHK banyak karyawannya.
Dengan kata lain, apa yang terjadi di September 2022 adalah awal big downturn ekonomi terbesar kedua dan keempat di dunia.
Confluence dari kedua events ini menghasilkan gigantic liquidity injection yang membuat financial bubble luar biasa yang terkonsentrasi di sektor tech dan banking, tapi tidak eksklusif di kedua sektor ini saja. Kita perlu analisa terpisah untuk membahas di market mana saja financial distortion ini terjadi karena terlalu panjang untuk dimasukan ke dalam analisa natural gas.
Alasan utama mengapa analisa natural gas ini dibuat saat ini adalah seperti ini:
Di awal bulan Juni 2024 saya membuat analisa Charts of Timing: The Great Reversal Acceleration in May-June 2024. Sesuai dengan judulnya, saya menduga kalau fase market distortion sudah mengalami reversal. Tanda jelas big reversal sudah terjadi terjadi ketika gap down besar di equity market, terutama di emerging market, terjadi di 16 April 2024. Hingga saat ini saya masih mempertahankan pandangan ini. Hanya sedikit saham yang mampu menghasilkan higher high melewati pivot high di bulan Maret. Anyway, pembahasan ini untuk lain hari. Balik ke Nat Gas. Di analisa itu, saya membuat prediksi kalau turning point di energy market membutuhkan konfirmasi trendline break-out di natural gas.
Crude Oil, Natural Gas, & Coal (from: Charts of Timing: The Great Reversal Acceleration in May-June 2024)
Bullish, Needs Confirmation by Breaking Some Trendlines
The specific break-out I'm looking for is the break-out from this trendline in Natural Gas:
Sekarang, per tanggal 27 September 2024, kita telah mendapat konfirmasi trend reversal ini. Lo, and behold. Strong breakout seperti ini cenderung terjadi apabila trendline tersebut betul signifikan. Notice sempat terjadinya false break-out di awal Juni. Price action yang terjadi di akhir September ini jelas berbeda. Sekarang kita memiliki break-out dengan strong bar yang tutup di atas.
Current Gas Price – Breaking Out (27 September 2024)
Tema besar yang saya pegang adalah trend financial bubble dan komoditas memiliki hubungan terbalik. Inilah mengapa saya selalu memperhatikan apabila downturn signifikan di sektor banking terjadi walaupun interest besar saya sebenarnya ada di komoditas. Mereka terhubung terbalik (lihat: UBS, The Canary In The Mine).
Note kalau tadi saya mengatakan 'energy market'. Ini artinya prediksi trend di natural gas memiliki konsekuensi untuk trend harga crude oil dan coal. Sebelum analisa ini, pembaca juga bisa melihat analisa 'Wheat Price Major Turning Point Is Here & How The Past Repeats Itself', dan jika Anda scroll sedikit ke bawah, Anda akan menemukan analisa CPO dan sahamnya.
Kita sudah melihat posisi Natural Gas sekarang. Sekarang saatnya kita melihat bagaimana siklus Natural Gas ini dimulai dan bagaimana siklus yang dimulai di September 2022 ini memutar siklus di critical market lainnya.
Speculation
Berbeda dengan search finding Google yang mensuggest ledakan ini baru terjadi di tanggal 26 September 2022, investor dan trader Natural Gas di European market (TTF) sudah menyadari kalau sesuatu yang sangat salah sudah terjadi di tanggal 15 September 2022.
Apa yang Anda lihat di chart atas adalah price spike TTF yang terjadi dalam 1 hari di tanggal 15 September 2022. Price spike dalam 1 hari ini langsung hampir mencapai peak ketika invasi Russia baru terjadi.
Apa yang kemudian terjadi adalah regulator menutup market ini dan kemudian kita menyaksikan – dalam pandangan saya - manipulasi terbesar dalam energy market. TTF market baru dibuka kembali hampir 4 bulan kemudian dengan harga yang jauh di bawah September 2022.
Apa yang saya maksud sebagai manipulasi disini adalah transaksi di natural gas (dan energy market lainnya, termasuk komoditas agrikultur in general) yang terjadi sejak September 2022 adalah short-selling terbesar dalam sejarah tanpa disertai dengan transaksi physical stuffs. Dengan kata lain, paper transaction jauh melebihi physical transaction. Orang yang percaya kalau harga komoditas murni ditentukan supply – demand perlu menjelaskan mengapa harga futures contract crude oil pernah mencapai MINUS 40 USD/barrel ketika global lockdown 2020 terjadi.
Di awal September 2024 ini, oil market analyst Jeff Currie memiliki pandangan yang sama, tapi sebagai orang Wal Street, ia memiliki inside working knowledge yang tidak mungkin dimiliki oleh orang awam seperti saya. Penjelasan Jeff Currie adalah sebagai berikut, quote: "And so, when we look at the [crude oil] market today, you have record shorts against really low inventories. That historically doesn't happen. The only explanation for that is people are taking money out of this market, taking working capital out of this market, and putting it into higher returning endeavors."
Apa yang Jeff Currie katakan sepertinya bisa disingkat seperti ini: global investor mengambil uang dengan short position di oil market, kemudian uang tersebut dimasukan ke saham NVIDIA dan JP Morgan apapun yang terjadi dengan kondisi persediaan crude oil. Seperti yang saya katakan di awal analisa ini, 'mereka terhubung terbalik'.
Stategi short selling setelah Nordstream meledak di September 2022 sangat efektif karena spekulasi ini didukung dengan kondisi persediaan gas Europe yang dibanjiri dengan LNG dari US sebagai bagian dari operasi US dalam menguras 50% oil reserve mereka yang sudah dimulai sebelum invasi Russia dimulai. Dengan kata lain, Europe sudah kebanjiran LNG dan crude oil dari US ketika Nordstream pipeline meledak.
Here's the thing. Supply tambahan dari reserve hanya bisa dilakukan sekali. Tapi sepertinya short-term thinking atau kepentingan lain mendominasi energy market. Chart dibawah menunjukan kalau US Strategic Petroleum Reserve (SPR) sudah berhenti turun sejak bulan Juli 2023. TTF sudah membentuk pivot low terlebih dahulu, begitu juga dengan crude oil.
Chart SPR di atas mempunyai pertanyaan penting: Seberapa lama ilusi gas abundance di Europe bisa dipertahankan? Sudah sekitar 1 tahun berlangsung semenjak US berhenti menguras SPR mereka. Di awal analisa, saya mention kalau Volkswagen berencana PHK dalam skala besar.
Tapi bahkan dengan berhentinya SPR drain di bulan Juli 2023, energy market menghadapi short selling massive di Oktober 2023. Lihat kembali chart Natural Gas di awal (TTF dan Henry Hub) keduanya membentuk lower low dari pivot Mei 2023 dan kembali ke level dimana global lockdown terjadi. And of course, bull market di bubble stocks mengalami fase explosive semenjak pivot Oktober 2023. Banyak market commentary yang melihat bubble terjadi di S&P500 tapi ketika menyakut lemahnya oil atau gas price, mereka melihatnya sebagai pertanda betapa lemahnya kondisi ekonomi global saat ini. But, that's just from demand side. What about supply? Gas supply yang sebelumnya mengalir lewat Nordstream pipeline sekarang sudah hilang.
Di bulan Juni 2024 ini, BP/Energy Institute mengelurakan report Statistical Review of the World. Quote dari key highlights 2023: "Although demand for gas remained flat, consumption of crude oil broke through the 100 million barrels per day level for the first time ever and coal demand beat the previous year's record level." Report itu juga memberikan statistik produksi. Energy Institute tampaknya tidak berani mengatakannya secara terang-terangan, tapi apa yang saya lihat adalah angka kenaikan produksi gas dari US tidak bisa menutupi berkurangnya produksi gas dari Russia setelah kita melakukan adjustment dengan konsumsi gas yang dibutuhkan untuk membuat LNG.
So, no, saya tidak percaya kalau rendahnya harga oil/gas/coal (by extension, harga komoditas agrikultur) disebabkan karena weak demand. Report dari BP menunjukan kalau demand untuk energy di tahun 2023 berada di record level dan berkurangnya supply energy dari Russia adalah hal nyata.
Timing
Financial operation di natural gas setelah Nordstream meledak mendapat overlap dengan injeksi stimulus yang semakin besar seiring memburuknya kondisi property market China (ditandai dengan jatuhnya Hang Seng Index menembus long-term trendline). Converging 2 events ini menjadi awal dimana inverted yield curve spread semakin membesar (lihat chart bawah).
Very important to remember: Yield curve pertama kali menjadi inverted di Juli 2022, tidak lama setelah invasi Russia. Point ini memberi mark dimana komoditas (energy & agrikultur) kembali berperan penting terhadap inflasi dan long-term rates seperti halnya di tahun 1970an.
Seperti yang bisa Anda lihat di chart 10y – 1yr US yield di atas, fase spread widening kemudian hampir mencapai titik converging di Oktober 2023. Sekarang Anda bisa melihat bagaimana market-market ini terhubung walaupun tidak memiliki jawaban mengapa. This is the art of speculation.
Dari pengamatan dinamika yield curve di atas, saya mendapat 2 key insights:
1. Bull market di bubble stocks berada di fase ketika yield curve inverted dan widening. Ironically, spread widening di inverted yield curve ini juga yang menjadi root cause 'yen carry trade unwind' yang mulai termanifestasi di awal Agustus 2024 kemarin.
2. Bear market di energy market dimulai ketika pivot high 10y yield terjadi dan spread kembali membesar.
Jadi ada very high probability kalau ada korelasi positif antara long-term yield (10yr) dengan trend energy prices.
Berdasarkan dugaan ini, saya expect melihat ada overlap tanggal di antara natural gas, crude oil, dan 10yr yield di key pivot. Sekarang kita akan melihat key pivot dates ini untuk masing-masing market.
Natural Gas
Key pivot Natural Gas (Henry Hub) adalah 19 September 2024. Pivot ini adalah launching pad sebelum Nat Gas menembus trendline
Crude Oil
Apabila akhir September ini adalah turning point crude oil, maka secondary low crude oil terjadi di tanggal 26 September 2024
US 10yr yield
Tanggal 17 September 2024 adalah pivot low US 10yr yield dan menjadi awal dimana yield curve mulai un-inverted.
Dari chart yield curve di atas dan dengan informasi chart-chart sebelumnya, Anda seharusnya bisa melihat kalau ada high probability kelanjutan kenaikan 10yr yield apabila gas price dan crude oil lanjut naik. Apabila itu yang terjadi, maka normalisasi hubungan yield curve akan terjadi. Let's point this out: Inverted yield curve ini sudah berlangsung lebih dari 800 hari – terpanjang dalam sejarah.
So, whats next? Ada empat faktor besar yang memiliki potensi membuat bull trend natural gas yang saat ini baru dalam fase awal akan mengalami fase explosive. Salah satunya sudah hampir guaranteed. Keempat faktor ini adalah: massive short covering, China stimulus, Ukraine, dan Middle East. Saya hanya akan membahas singkat faktor pertama dan kedua.
Menurut Jeff Currie, posisi short selling di crude oil saat ini berada di all-time high. Fase bull market di crude oil, apabila sampai terjadi, hampir dipastikan akan mentrigger margin call besar-besaran. Ketika itu terjadi, posisi short akan dipaksa menjadi posisi long. Tidak ada hal yang bagus dari spekulasi berlebihan.
Di lain kesempatan, saya akan membahas property China. Untuk sekarang, tampaknya Yen carry trade unwind di awal Agustus memperluas default yang terjadi di developer China. Pemerintah China tampaknya saat ini sedang menekan panic button seperti maniac, apabila kita lihat kenaikan tajam di Hang Seng. Saya akan bet stimulus ini tidak akan bisa menyelamatkan meltdown di sektor property dan justru malah akan mengalir ke aset komoditas.
Kapan kita tahu fase explosive ini dimulai? Gut feeling saya mengatakan kalau kita bisa mengidentifikasi fase awal explosive ini di European gas market (TTF).
Chart dibawah ini menamipilkan prediksi European gas market (TTF) yang saya lakukan di pertengahan Agustus 2024. Mengapa saya melakukan analisa di chart ini? Karena saya melihat gas market sudah memasuki fase bull market di akhir Juli 2024 ketika TTF menembus key trendline yang hanya sedikit orang bisa identify. Jadi saya tahu sebentar lagi Henry Hub akan menembus trendline juga.
Note upward channel yang menjadi prediksi saya dalam 'most bearish scenario for bull market'. Pertemuan antara horizontal dan diagonal terjadi di tanggal 26 September 2024.
TTF: 12 Aug 2024 prediction
Sekarang kita lihat apa yang terjadi.
Voila!
TTF: Current (27 September 2024)
Respons market terhadap trendline ini membuat high probability kalau upper channel memiliki predictive power. Break-out dari upper channel tersebut, more likely, akan menghasilkan explosive move seperti yang terjadi di Henry Hub di akhir bulan September ini. Point itu, ketika terjadi, akan menjadi point awal dimana fase explosive gas market (Henry Hub dan TTF) dimulai.
Commenti