top of page
Cari
  • Gambar penulisRio Adrianus

Global Market Perspective (Pt. 2): Commodities – Escalate Further, Going Higher and Higher

Diperbarui: 15 Apr 2023

Overview


Kita telah membahas 2 dari 4 development critical yang terjadi semenjak analisa 7 bulan yang lalu: Hang Seng dan Credit Suisse di part 1. Sekarang kita akan membahas sisanya: Perang Rusia di Ukraine dan harga komoditas. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan implikasinya akan memperparah fase kontraksi credit cycle yang saat ini baru berada di tahap awal.


Perang di Ukraine sudah membawa irreversible damage dengan implikasi global. Pada point ini, siapapun yang menang, dunia akan memasuki era energy shortage yang akan memperparah supply komoditas dan energy yang sudah semakin ketat sejak tahun 2020. Energy shortage dan hilangnya akses fertilizer dari Russia akan menghasilkan yield panen yang lebih rendah. Sejak dari tahun 2020, fase oversupply agrikultur sudah berubah menjadi fase shortage. Fase shortage di agrikultur dan energy kali ini akan jauh diperparah dalam skenario tanpa adanya negosiasi damai dengan Russia. Periode semenjak Uni Soviet runtuh membawa segala macam komoditas dari Russia ke dunia. Periode ini dikenal sebagai ‘The Great Moderation’ dimana low inflation dianggap sebagai ‘normal’. Harapan akan baliknya kembali low-flation era tanpa Russia adalah wishful thinking. Lebih buruk untuk jangka panjang, green transition semakin tidak feasible dan fertilizer shortage akan memperburuk efek climate di output agrikultur.


Hilangnya akses gas dari Russia sudah dirasakan oleh German. Ekonomi German masih bisa mengambang sampai saat ini karena mereka mengalami extraordinary anomali di iklim: apa yang seharusnya menjadi musim dingin terasa menjadi musim panas. Untuk alasan yang sama, harga gas dan batu-bara turun ke level yang mendekati pre-invasi. Untuk alasan anomali iklim yang sama, harga gandum turun jauh lebih besar dari agrikultur lainnya. Di sepanjang akhir tahun 2022 sampai awal tahun ini, Russia dan Brazil mengalami iklim extraordary yang membuat panen gandum mereka mencapai new record high sehingga melebihi gandum yang hilang dari Ukraine (dan hasil panen Russia ini masih bisa mencapai global market karena diplomasi diam-diam PBB yang dikenal sebagai ‘Grain Corridor’). Iklim yang sama juga membuat invasi Russia tertahan karena tank tidak bisa melintasi jalanan es yang tipis.


Semua faktor yang membawa wheat price turun ini akan berbalik arah. Iklim luar biasa kemungkinan besar tidak terjadi dua kali berturut-turut. Serangan dari Russia saat ini sudah berada di skala yang tidak dibayangkan NATO tahun lalu. Sanksi US dan EU kemungkinan besar akan diperketat secara signifikan ketika akhirnya Russia semakin dekat ke Kiev. Ini berarti gandum melimpah dari Russia tidak bisa mencapai dunia. Ini berarti ancaman besar terhadap ekonomi kedua terbesar, China, yang bergantung dengan minyak dari Russia. Kita sudah mendekati turning point di gandum dan minyak, dan saya menduga di akhir bulan Maret ini kita sudah menyaksikan bottom di gandum dan minyak (ada tanda technical kalau turning point gandum sudah terjadi pada tanggal 24 Maret 2023 kemarin). Ketika bull cycle di komoditas dan energy ini selesai, record high FAO Food Price Index tahun 2022 akan dilewati.


Bagian kedua analisa global ini akan dimulai dengan assessment kondisi perang di Ukraine. Kemudian kita akan membahas lagging market di komoditas wheat yang dilanjutkan dengan soy dan corn, dilanjutkan dengan energy market. Put these all together, kita akan melihat gambaran kalau bulan Maret – Agustus adalah periode dimana kita bisa expect awal dari bull market cycle berikutnya di komoditas dan energy. Analisa ini akan ditutup dengan proyeksi geometri USD/IDR dan wheat price.


Quick links:













Commodities, but Let’s Talk About Ukraine War First


Hanya kurang dari setahun, perang di Ukraine telah menghabiskan amunisi melebihi dari keseluruhan World War 2 dan membuat salah satu ekonomi terbesar di dunia, German, berada di ujung economic collapse. Di dalam 2 tahun ke depan, kita akan melihat seberapa jauh kerusakan ekonomi di German yang sekarang telah kehilangan sekitar 50% sumber gas yang saat ini digantikan dengan marginal suppliers (37% sumber energy sektor industri German adalah gas). Krisis energy ini yang sudah buruk dan membuat cacat ekonomi German (industri fertilizer dan aluminium German sudah bangkrut) akan menjadi lebih buruk apabila tahun ini berlanjut tanpa negosiasi antara US dengan Russia.


Sebelum saya lanjut, kita perlu mendapat gambaran kondisi perang saat ini. Jika sumber informasi Anda adalah mainstream media, informasi yang Anda dapatkan adalah propaganda perang. Tapi disini saya akan menggunakan mainstream media untuk menunjukan inconsistency mereka sendiri, dan dari inconsistency mereka, kita bisa menarik kesimpulan. Saya menyarankan pembaca yang tertarik lebih lanjut untuk mencari commentary dari John Mearsheimer, Jeffrey Sachs, dan Douglas Macgregor.


Tema besar yang dipertahankan oleh mainstream media sejak awal perang ini adalah: Russia kalah dan Ukraine menang dengan bantuan Western allies. Sekarang, perhatikan 3 berita essential yang telah beredar di mainstream media. Pertama, mengenai korban jiwa dari Ukraine. Kedua, mengenai kondisi stock amunisi Ukraine. Ketiga, statement dari Joint Chiefs of Staff United States.



Desember 2022. President European Comission Ursula von der Leyen memberikan angka estimasi korban jiwa dari sisi Ukraine sebesar 100 ribu jiwa (di awal Desember) di akun twitter. Dalam waktu singkat, pihak dari Public Relation langsung menghapus twit tersebut dan mengklarifikasi kalau 100 ribu itu termasuk korban luka-luka, tidak mati, dan sebagian besar adalah luka-luka – berdasarkan informasi dari Ukraine. Link.


Februari 2023. Kepala NATO mengumumkan kalau amunisi per hari yang dipakai Ukraine jumlahnya ‘many times over’ dari apa yang bisa diproduksi NATO per hari. Link.


Februari 2023. Kepala Joint Chiefs of Staff US Mark Milley memberikan statement kalau kemenangan sudah di tangan Ukraine dan Rusia sudah hancur secara militer dan ekonomi. Kejatuhan Putin sudah di depan mata. Link.



Dengan merenungkan tiga berita di atas, saya pikir kita bisa mengambil kesimpulan sederhana kalau seandainya Von der Leyen mengatakan hal yang sebenarnya tentang korban jiwa Ukraine (karena itu langsung ‘dikoreksi’) dan kepala NATO tidak berbohong tentang kondisi amunisi mereka, maka kita bisa tahu kalau Ukraine saat ini bisa dikatakan outnumbered and maybe soon out of ammo.


Mengenai dukungan publik Russia terhadap Putin, ada indikasi kalau dukungan publik semakin kuat semakin lama perang ini berlanjut. Absennya keinginan negosiasi antara NATO dengan Russia hingga saat ini telah membuat masyarakat Russia semakin yakin kalau mereka diserang oleh NATO. Chart dibawah ini yang dipresentasikan oleh perusahaan forecasting Geopolitical Futures menunjukan kalau support publik Russia semakin berubah menjadi pro-war sejak akhir tahun lalu. Ketika invasi dimulai, masyarakat Russia menentang operasi militer ini terutama sejak mereka mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi di Ukraine. Not so much anymore. Semakin lama perang ini berlanjut tanpa diplomasi, masyarakat Russia semakin yakin kalau mereka diserang. Tapi meski demikian, majoritas masyarakat Russia masih menginginkan jalan keluar damai, terutama di kalangan muda.




The More Probable Outcome, Coming Soon


Apa yang sekarang menjadi skenario paling mungkin di mata saya adalah Russia melanjutkan invasinya sampai mendekati Kiev. Laju dan skala invasi ini akan dipercepat setelah key choke point area Bakhmut akhirnya jatuh dan mud season akhirnya lewat di pertengahan tahun ini. Di saat itu terjadi, apabila tetap tidak ada upaya untuk negosiasi, Doomsday Clock (90 seconds to midnight - the closest to global catastrophe it has ever been) akan dimajukan. Untuk Russia, konflik ini adalah existential threat untuk mereka. Generasi ini adalah generasi terakhir Russia untuk perang skala besar. Mereka desperate dan hal ini membuat Russia sangat berbahaya. Di pihak oposisi, koalisi Barat berkomitmen untuk menghancurkan militer Russia di Ukraine. Komitmen ini dipertegas kembali lewat twit di bulan Maret dari Ursula Von Der Leyen (emphasis dari saya):

Perhatikan apa yang von der Leyen katakan. Ini adalah peringatan. ‘Evasion & circumvention’ ditujukan (mostly) kepada China dan India yang sejauh ini masih bisa bypass sanksi Barat dengan membuat asuransi sendiri dan menggunakan kapal kargo ilegal untuk membawa oil keluar dari Russia. Semakin berbahaya posisi Russia di mata NATO, semakin tinggi insentif (semakin desperate) NATO untuk memastikan Russia terisolasi dari dunia, dan hal ini akan membuat energy crises di China. Hanya diperlukan satu ‘kejadian’ dengan satu kapal kargo dan seluruh system bypass yang dibuat China akan runtuh dalam semalam, dan dunia kehilangan akses terhadap oil dari Russia.


Di skenario yang lebih buruk, apa yang Ursula katakan juga bisa berlaku di ‘Grain Deal Corridor’ yang membawa wheat Russia mencapai global market. Tapi lebih mungkin dari tidak, dunia bisa kehilangan akses wheat dari Russia sebagai 'unintended consequences’ dari NATO ‘stepping up enforcement of ... sanctions [to] diminish Russia’s ability to wage war’.


Anda mungkin berpikir, skenario ini sangat buruk untuk ekonomi global, jadi tidak mungkin NATO melakukannya. Lihat apa yang terjadi dengan Germany saat ini. Germany telah kehilangan lebih dari 30% sumber energy mereka secara permanent ketika Nordstream pipeline diledakan. Siapa yang meledakannya? Belum lama ini journalist ternama dari US bernama Seymour Hersh mempublish investigative report yang menunjukan aktor kasus Nordstream adalah US Navy dan CIA atas perintah president Joe Biden. Sejak saat itu, hingga sekarang, mainstream media di German seperti DWNews mencoba untuk membawa perspesi publik German balik ke posisi ‘kita tidak tahu siapa yang melakukannya’, kali ini dengan menampilkan satu kapal yacht kecil ke dalam teater. Secara apa yang tampaknya kebetulan, kapal yacht ini baru muncul di media 2 hari setelah German Chancellor bertemu dengan US President tidak lama setelah artikel dari Sey Hersh terbit di awal Februari 2023.


Pembaca bisa mencari interview Bloomberg dengan Jeffrey Sachs di tahun lalu ketika Nordstream pipeline baru meledak. Ketika Professor Sachs menyebut US sebagai ‘suspect utama’, reporter Bloomberg panik dan langsung memotong interview. Kita perlu mengerti kalau skandal Nordtream terjadi setelah Germany mulai menunjukan keinginan untuk mengurangi bantuan ke Ukraine setelah supply gas mereka dipermainkan oleh Gazprom Russia (operator Nordtream pipeline). Apabila Germany, key member NATO & EU, diperlakukan seperti itu, saya tidak melihat alasan mengapa EU, UK, dan US mempedulikan konsekuensi global ketika menyangkut Russia.


Undoubtedly, ketika jalur perdagangan dari Russia berhasil ditutup, harga komoditas akan membuat hidup lebih sulit di tengah debt crises yang saat ini baru berada di tahap awal. Harga pangan global akan melonjak dan melewati record high FAO Food Index tahun lalu. Lebih dari itu, ketika sanksi mencapai oil dari Russia, implikasinya akan tinggal untuk waktu yang lama. Oil dari Russia berada di area permafrost. Ketika aliran oil dihentikan, oil akan beku dan merusak pipeline secara permanent. Ketika pipeline akhirnya rusak, dunia akan kehilangan banyak oil dari Russia secara permanent walaupun seandainya (secara ajaib) kita memiliki negosiasi damai dengan Russia.


Bagian selanjutnya kita akan melihat posisi teknikal di berbagai komoditas: wheat, corn, soybean, dan oil.



Wheat Chart Analysis


Extraordinary weather kemungkinan tidak terjadi 2x berturut-turut. Eskalasi perang Russia lebih lanjut berpotensi menutup Grain Corridor. China sedang dalam tahap awal spending spree setelah 3 tahun lockdown. Di tengah ini semua, major producer Argentina mengalami kekeringan dari sekitar akhir tahun kemarin. Bulan Maret sampai Juli adalah harvesting season wheat Argentina. Peluangnya besar kalau tahun 2018-2019 adalah harga terendah wheat untuk waktu yang lama.


Chart di bawah ini menunjukan time-tested characteristic wheat price. Setiap kali ada major disruption yang memiliki efek price spike, harga floor wheat naik. Shock pertama terjadi di tahun 1974. Harga wheat akhirnya turun, tapi tidak sampai serendah pre-1974 low. Shock kedua terjadi di tahun 2007. Harga akhirnya reda tapi dengan higher floor di atas pre-2007 low. Perang di Ukraine membawa shock ketiga sejak WW2. Kalau sejarah adalah guide terbaik, expect price floor kali ini akan lebih tinggi dari low 2018-2019.


Pertanyaan besar kali ini adalah apakah wheat sudah menemukan ‘higher floor’ tersebut? Kemungkinannya iya.


Dibawah ini adalah fibonacci confluence zone wheat yang saya buat di Agustus 2022 ketika analisa global pertama dibuat. Berbeda dengan aplikasi simplistic yang umum diajarkan dengan menarik fibonacci retracement tool dari pivot high ke pivot low, retracement di chart ini dimulai dari awal gerakan kuat. Kita bisa melihat confluence zone berikutnya berada di range 667-680. Sekitar 7 bulan sejak chart ini dibuat, wheat baru saja mencapai range ini.

7 bulan lalu, saya menduga turning point wheat sudah terjadi. Wrong timing. Wheat market mendapat positive surprise di akhir tahun lalu dengan hasil panen exceptional di Brazil dan Russia. Tapi mengharapkan keajaiban terjadi 2x berturut-turut adalah poor bet.


Dari sisi geometri, kita tahu kalau wheat baru saja berada di level signifikan. Lebih sering dari tidak, major turning point ditandai dengan signal indikator bersamaan di multi timeframe.

Chart multi timeframe (daily, weekly, dan monthly) berikutnya saya ambil pada tanggal 14 Maret 2023. Tidak ada gerakan signifikan setelah sampai saat analisa ini dipublish yang membuat interpretasi di bawah menjadi invalid. If anything, gerakan wheat sejak itu semakin memperkuat indikasi major turning point telah terjadi.


Daily chart: Divergence plus RSI failure.


Weekly chart: Bullish divergence kedua di indikator composite index. Sama seperti daily, RSI gagal menangkap turning point ini ketika terjadi.


Monthly chart: Indikator composite index berada di level extreme yang direspect di setiap price spike (1974, 2007, dan 2022). Level yang lebih extreme pernah dicapai di tahun 1991, tapi fase kenaikan harga sebelumnya tidak bisa dikatakan extreme.

Channel diagonal di chart monthly ini mencoba menangkap hubungan geometri wheat dari sudut pandang lain. Angle/slope yang dipakai berasal dari Gann fan yang konsisten dengan angle yang dipakai untuk proyeksi wheat price ke depan yang akan saya tunjukan secara singkat di bagian akhir.



Corn & Soybean Chart Analysis


Corn & soybean adalah leading market di komoditas. Selagi wheat menunjukan indikasi major bottom di bulan Maret tahun ini, soybean dan corn sudah membentuk major bottom di Juli 2022.


Apa yang menarik perhatian saya adalah corn dan soybean membentuk trendline sama yang dibentuk dari low September 2021 & Juli 2022. Angle yang terbentuk kemungkinan besar menunjukan hubungan ‘price & time’ signifikan untuk kedua market ini. Selagi saya hanya akan menunjukan price projection di bagian akhir, bagian time forecast yang tidak saya tunjukan memiliki basis trendline ini.


Corn


Soybean

Apa yang telah kita lihat sejauh ini? Wheat, corn, dan soybean telah berada di level strategis di bulan Maret 2023.

Sekarang saatnya kita melihat energy market.



Oil & The Biden Floor


Di awal April 2023, OPEC mengumumkan production cut dan harga oil lompat. But it’s going to get much worse from now.


Ketika invasi Russia dimulai, harga oil sempat mencapai USD 120/barrel. Federal Reserve of Dallas membuat assessment impact dari hilangnya Russia sebagai oil producer terbesar ketiga dunia. Terkait dengan harga, Fed of Dallas membuat commentary yang menarik (emphasis dari saya):


“With early reports pointing to a significant disruption in Russia’s petroleum exports, along with the prospect for even greater disruptions in the near future, it is not surprising that the price of [WTI] crude oil surged to about $ 120 a barrel in a matter of days following the invasion.”


‘Evasion and circumvention’ dari China sejauh ini berhasil membawa keluar oil dari Russia. Satu tahun sejak perang dimulai, apa yang kita hadapi sekarang bukan sekedar ‘prospek’, tapi ‘realita’ ketika akhirnya Russian oil tidak bisa mencapai global market. Ketika Russia akhirnya semakin dekat ke Kiev, kita bisa expect eskalasi economic sanction yang most likely menargetkan kapal China yang mengangkut Russian oil. Arab Saudi memperparah keadaan saat ini dengan production cut.


Low bulan Maret kemarin adalah level penting oil market. Chart dibawah ini diambil di akhir Juni 2022 ketika oil masih di 113. Ada 2 fibonacci confluence zone yang saya highlight: 78,48 dan 68,15.


Chart from the past: Oil June 2022


Di bulan Maret 2023, oil akhirnya mencapai confluence kedua di 68 dan menemukan bottom disitu. Gerakan oil berikutnya menunjukan kalau level 78 tetap signifikan. Kita akan melihat alasannya di chart berikutnya. Tapi sebelum kesitu, saatnya kita membahas alasan lain di luar geometri mengapa level 68 sangat berpotensi menjadi important bottom.


Oktober 2022, oil masih berada di range 80-85. President Biden mengumumkan rencana untuk menambah SPR (Stragetic Petroleum Reserve) ketika oil mencapai range 67-72.



“The Administration is announcing its intent to use SPR [...] when the price of [WTI] ..is at or below $67 to $72 per barrel... [It] will also help address producer concerns about uncertain demand in future years, encouraging immediate investment.” (link)



Sejak dari tahun 2014, global investment untuk produksi oil & gas berkurang secara signifikan, tapi investment untuk renewable energy jauh dari offset. Untuk mensupport energy demand Europe setelah Nordstream 2 hilang, US telah menghabiskan sekitar 50% SPR. Sebagai added bonus signifikan, ekonomi kedua terbesar memiliki 3 tahun suppresed demand dengan savings 3 tahun karena kebijakan lock down yang baru diangkat di bulan Desember 2022. Seandainya invasi Russia tidak terjadi, dunia tetap akan mengalami energy shortage.




Lebih penting untuk jangka panjang, harga oil perlu di atas $70/barrel untuk bisa membuat produsen shale oil profitable. Di dunia tanpa oil dari Russia, shale oil dari US adalah kunci energy security untuk US dan allies. Tapi tidak cukup untuk negara lain, terutama China. Untuk prospek climate change, development ini catastrophic karena proses fracking shale oil jauh lebih carbon intensive dibanding oil biasa.


Chart dibawah adalah oil price di awal April ini ketika OPEC mengumumkan price cut. Dua garis horizontal adalah fibonacci confluence zone dari chart sebelumnya. Note oil price membentuk gap ketika menembus level 78. Gap biasanya segera ditutup. Tapi apabila tidak, gap ini menunjukan underlying trend yang kuat. Saya suspect gap ini tidak akan ditutup untuk waktu yang lama*.


Turning point oil sudah diantisipasi oleh investor Aramco sejak 15 Desember 2022. Notice price range ketika terjadi volume spike di 15 Desember 2022. Sejak saat itu, Aramco tidak pernah close di bawah low range bar 15 Desember 2022. Saudi Aramco sedang dalam tahap awal bull market besar pertamanya sejak IPO.


Saudi Aramco chart

Kita beruntung kalau bull run kali ini hanya stop di peak 2008 di $ 147 per barrel. Pertimbangkan apa yang akan terjadi di wheat market. Bull market gandum yang akan terjadi berarti krisis pangan di Middle East. Konflik bersenjata dengan famine di Middle East memiliki hubungan hampir linier. Apabila konflik kemudian terjadi, terutama yang menyangkut Iran - Arab Saudi - Israel, maka global energy crises akan menjadi jauh lebih parah. China tidak bisa mendamaikan konflik ini karena China sendiri adalah net importir untuk bahan makanan. Ketika food crises berikutnya terjadi, China akan sibuk menangani food security di negaranya sendiri.


Supply bottleneck akibat sanksi terhadap Russia disertai dengan background berkurangnya investment di energy production sejak tahun 2014 dan munculnya suppressed demand selama 3 tahun dari China, peluangnya besar kalau harga Pertamax saat ini adalah harga terendah untuk waktu yang sangat lama.



*Important Update (12 April 2023)

Oil baru saja break-out dari small consolidation area setelah gap. Oil kemungkinan besar akan melanjutkan bull-trend tanpa balik ke area gap 75-79 lagi. Fase bull market oil telah dimulai dengan underlying strength kuat yang ditandai dengan unfilled gap.



Coal & Natural Gas


Semenjak invasi Ukraine dan terutama sejak Nordtsream pipeline hancur, coal (dan LNG) menjadi substitusi natural gas yang hilang untuk ekonomi terbesar Europe, Germany. Close relationship antara coal-gas ini terlihat dengan jelas dari price chart.


Chart dibawah dengan jelas memperlihatkan hubungan erat coal-gas dimulai sejak mid-2021 ketika China menghadapi breaking record drought yang membuat sumber energy hyro tidak bisa berfungsi. Ledakan Nordstream telah membuat solid hubungan kedua market ini untuk waktu yang lama ke depan.

Hubungan intermarket yang reliable ini membuat prediksi kedua market ini relatif mudah. Ini karena posisi Natural Gas saat ini sudah hampir berada di level terendah tahun 2020.


Hilangnya gas flow di Nordstream pipeline 2 dan sanksi Russia yang akan diperkuat (lihat tweet von der Leyen di atas) membuat level price Natural Gas saat ini sangat fragile. Bahkan tanpa kasus Russia, kita bisa reasonably expect kalau gas price akan naik sebentar lagi karena sudah hampir menyentuh historic low ketika lockdown global terjadi. Ketika gas flow dari Russia semakin terkontraksi karena sanksi atau mungkin karena technical factor lainnya seperti malfunction di Russian gas facility, kenaikan gas price berikutnya akan melewati peak 2022 by a large margin. Bagaimana dengan coal? Trend coal akan mengikuti trend natural gas.



Commodity Index: Breaking-Out


Secara keseluruhan, turning point komoditas telah dimulai di bulan Maret 2023. Index komoditas DBC di chart bawah ini tersusun dari 60% energy, 30% agrikultur, dan 10% precious metal. Sekitar 7 bulan dari analisa tahun lalu, index ini mengikuti skenario kedua (alternate wave count) yang memprediksi turning point komoditas tidak terjadi di tahun 2022, tapi longer trend tetap bullish.


Chart from the past: DBC Index Aug 2022

DBC baru saja break-out dari level penting 24.17. Di bulan April 2023 ini kita akan segera tahu apakah break-out ini bertahan atau tidak. Selama DBC tidak turun menembus level 24.17, pandangan saya adalah DBC sudah menyelesaikan corrective wave dan sekarang berada di tahap awal wave (C) dari pattern zig-zag yang besar. Wave (C) yang baru dimulai ini akan memiliki 5 legs, impulsive waves dan akan menembus peak wave (A) secara substantial.

Apa yang pembaca perlu tahu dari interpretasi chart commodity index di atas adalah bull market di berbagai macam komoditas (agrikultur, energy, dan metals) masih berada di tahap awal, dan hal ini juga berlaku untuk emas (gold).



Currency (USD/IDR)


Berhubung hampir semua komoditas dinominalkan dalam US Dollar (pengecualian seperti CPO dalam Malaysian Ringgit), pelemahan IDR relatif terhadap USD akan memperparah inflasi domestik sepanjang bull market komoditas.


Saat ini USD melemah terhadap IDR. Berita saat ini penuh dengan komitmen aliansi BRICS untuk menggantikan Dollar karena negara-negara BRICS sudah muak dengan hegemony US. Setidaknya itu narasi yang dijual di publik saat ini. Clearly, negara-negara yang bersengketa dengan US, terutama China, merasa terancam sejak Russia dikeluarkan dari international payment system. Motivasi signifikan lainnya adalah negara-negara ini memiliki utang substantial dalam USD yang kemungkinan tidak bisa dibayar seiring interest rate naik. Seperti yang saya tunjukan di part 1, jumlah utang yang jatuh tempo di emerging market economies akan mencapai record high di tahun 2025.


Saya skeptis alternative payment di luar USD bisa terbentuk. Semua komoditas didenominasikan dalam USD. Mata dunia memandang China sebagai kandidat terbesar. Saya tidak melihat itu mungkin. China adalah importir terbesar untuk makanan dan energy. Arab Saudi memiliki oil, tapi producer oil terbesar tetap US dan Arab Saudi sangat perlu import untuk makanan. Terlebih, mata uang Saudi dipatok dengan USD. Brazil adalah penghasil agrikultur utama, tapi tanahnya sangat membutuhkan pupuk. Apabila kemampuan Russia dalam memproduksi minyak, pupuk, dan gandum terganggu, aliansi BRICS akan dipimpin oleh negara yang paling membutuhkan semua hal tersebut. Lebih dari itu, international payment system juga membutuhkan tempat investment terhadap profit export & import. Tempat investment ini sejak WW2 bernama US Government Bond. Jika Yuan menjadi linchpin international payment system yang baru, maka investor, perusahaan besar, dan pemerintah di kawasan BRICS perlu dengan suka rela invest di Chinese government bond. Most likely not going to happen.


Forecast USD/IDR di bawah ini menganggap kalau tidak ada international payment yang bisa menggantikan US Dollar.


Rasional forecast USD/IDR ini tetap sama dengan 7 bulan yang lalu dan mungkin bertentangan dengan persepsi banyak orang. Banyak orang percaya kalau IDR akan melemah ketika The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga. Fed rate naik, capital outflows terjadi dan rupiah melemah. Tapi bukan itu yang terjadi di saat krisis secara historis.

Forecast saya adalah IDR akan melemah signifikan relatif terhadap USD ketika The Fed menurunkan suku bunga. Di saat itu terjadi, kita akan memiliki divergence dimana bond yield Indonesia naik tajam selagi bond yield di US turun. Hal ini akan terjadi ketika S&P 500 berada di fase ‘melt down’. Di fase itu media akan ramai menyuarakan ‘hard landing’.


Ada pattern untuk emerging market di fase global market melt-down: Ketika keadaan terlihat jelas kritis, emerging market menghadapi capital flight terutama di long-term duration bond. Hal ini menaikan long-term borrowing cost dan memperlemah domestic currency. Di saat yang sama, The Fed akan mencoba mendorong interest rate turun di US untuk meredakan kepanikan yang terjadi. Ini adalah skenario yang terjadi ketika pandemi dimulai di Maret 2020. Secara singkat, di masa panik, emerging market menghadapi high borrowing cost dan weak currency.


Back to 2020 path: US stock market down, US government yield goes down.


Meanwhile, Indonesia borrowing cost skyrocket as capital flees to US government bond which weakens IDR.

Apabila skenario di atas terjadi, analisa geometry yang saya lakukan menunjukan potensi USD/IDR akan menemukan major pivot berikutnya (belum tentu market top, tapi berpotensi) di sekitar 18.900 yang dicapai pada awal tahun 2024. Ini berarti di tahun ini juga kita akan mengalami kenaikan dollar secara cepat, dan, by extension, fase melt-down S&P 500.



Forecast Chart: Wheat


Saya akan membatasi forecast dengan detailed chart untuk wheat saja. Pembaca bisa memakai forecast wheat ini sebagai benchmark untuk highly traded commodity lainnya, seperti CPO yang dengan sengaja saya tinggalkan di analisa ini.


Di bagian analisa wheat, Anda melihat garis-garis paralel yang saya mention digunakan untuk price projection. Garis itu adalah salah satu angle line dari Gann fan dengan scale yang saya nilai signifikan. Apa yang saya maksud akan terlihat jelas di chart bawah ini.

Setelah WW2, wheat memiliki 3 price spike yang memiliki kemiripan: 1974, 2007-2008, dan 2021-2022. Saya sudah membahas karakteristik yang bisa ditangkap dengan indikator di bagian wheat analysis. Tapi masih ada kemiripan lainnya: angle & magnitude.


Tanpa menggunakan bahasa Gann fan, chart di bawah ini dengan jelas menunjukan kalau 3 price spike tersebut, dengan scaling yang saya pakai, bisa didefinisikan dengan angle 79’ dengan perfect template price spike 2007-2008. Note kalau angle line ini memiliki starting point di awal trend, bukan historic low.

Bagaimana dengan peak 1974? Peak 1974 adalah exactly 50% dari tinggi angle line ini. Market memiliki hubungan geometri yang tidak bisa dipisahkan dengan golden ratio dan 50%. As a matter of fact, peak 2022 adalah 61.8% (terbalik di chart) ketika kita memindahkan angle line ini ke low point Maret 2023 di 674 (alasan lain yang tersembunyi mengapa saya menduga turning point di wheat sudah terjadi).

Kita telah melihat di wheat price bagaimana sejarah memiliki ritme berulang. Sekarang, kita bisa membuat proyeksi yang konsisten dengan ritme ini.


Seandainya awal dari trend berikutnya adalah low Maret 2023 kemarin, maka angle line ini menunjukan kalau price spike wheat berikutnya baru akan menemukan peaknya di bulan Maret 2026 di harga 1655. Di harga itu, wheat price sekitar 2,5x dari harga saat ini dan 30% lebih tinggi dari peak 2022. Konsisten dengan tema utama: record-high FAO Food Index 2022 akan dilewati di krisis berikutnya (yang baru dimulai sekarang). Skenario ini sangat mungkin terjadi apabila Grain Corridor Deal pecah, atau bisa juga karena Mother Nature memberikan severe drought tidak hanya di Argentina, tapi juga Brazil dan China. Atau keduanya.

Eskalasi kenaikan harga wheat ini tidak berakhir sebelum tahun 2026 dengan konsekuensi ekonomi dan geopolitical global untuk tahun-tahun berikutnya. Skenario price spike ini menjadi bahan pertimbangan saya ketika membawa instabilitas di Middle East untuk proyeksi oil price.



In Times of Crises, A Lot of Money Changes Hands


Bersama dengan analisa part 1, saya telah memberikan analisa dan gambaran tentang perubahan besar yang terjadi secara global dan apa yang mungkin akan terjadi. Sejak 7-8 bulan terakhir, skenario-skenario buruk yang terjadi konsisten dengan gambaran besar analisa global tahun lalu dengan pengecualian harga komoditas yang masih belum naik. Sekarang saya percaya turning point di komoditas sudah terjadi.


Ini berarti untuk beberapa tahun ke depan kita kemungkinan besar akan menghadapi dunia yang mengalami debt crises di tengah kenaikan harga komoditas yang tajam, dan di tengah trend geopolitik yang semakin mengantar kita ke nuclear exchange ketika akhirnya perang tidak bisa dikurung di Ukraine (karena Ukraine sudah hilang dari map atau apa yang tersisa melebur dengan Poland). Bagaimana kita menangani energy crises? More oil and coal. Working group IPCC sepertinya perlu menambah model skenario buruk dari climate change karena kita akan menembus 2°C dalam skenario terbaik.


Debt crises dan kenaikan harga komoditas akan terjadi di Indonesia. Kita bukan pengecualian. Ini berarti kontraksi consumer spending power signifikan. Ini berarti debt default. Ini berarti sektor consumer goods dan, terutama, banking akan mengalami kontraksi terbesar sejak 1998. Tapi di tengah kenaikan komoditas, minoritas Indonesia akan mendapat windfall massive. Kita telah kehilangan oil, dan sebentar lagi natural gas (lihat MEDC), tapi Indonesia masih memiliki coal, CPO, dan nickel.


Kenaikan harga saham coal seperti PTBA mengikuti skenario yang saya tulis di akhir tahun 2021. Bull trend PTBA adalah hal yang jelas untuk saya ketika COP 26 bisa dikatakan gagal total. Pembaca yang berminat bisa copy-paste trendline di chart PTBA ini untuk mendapat guideline peak/important pivot high PTBA berikutnya.


Chart from the past: PTBA Dec 2021 (chart unadjusted with dividends)


Preferensi saya adalah sektor CPO. Terlalu banyak kekecewaan di sektor ini untuk waktu yang lama. Sudah lebih dari 11 tahun sektor ini membawa kekecewaan untuk investor, dan di tengah kenaikan tajam CPO 2021-2022, pajak dan cukai mengambil banyak profit dari sektor ini. Tapi di balik layar, kondisi sudah berubah secara signifikan yang membuat perusahaan-perusahaan CPO akan mendapat windfall signifikan ketika bull run CPO berikutnya terjadi. CPO sendiri bukan leading market di commodity. Peran leading market itu dipegang soybean dan corn (wheat adalah lagging market). Bull run disana berarti bull run disini.


Di sektor nickel kita sudah mulai kedatangan IPO-IPO jumbo perusahaan nickel. Selagi kelangkaan nickel adalah tema besar yang bukan hoax, tapi expect perusahaan-perusahaan ini memiliki maximum greed level ketika menawarkan harga IPO. Price is very, very important for potential returns. Tapi tidak semua benefit nickel hanya dinikmati oleh perusahaan yang memiliki tambang nickel. Perusahaan shipping juga akan mendapat windfall ini. Terlebih lagi, perusahaan shipping yang membuat delivery nickel kemungkinan besar juga membuat delivery coal, dan bisa melimpahkan harga kenaikan bahan bakar ke customer. Harga saham sektor ini telah dibawa turun jauh seiring turunnya harga coal di pertengahan 2022 sampai sekarang.



End.

Back to Overview

151 tampilan0 komentar

Comentários


bottom of page