top of page
Cari
  • Gambar penulisRio Adrianus

Geometrical Confluence in Commodity Market Points to Major Reversal in 2024

2024 akan menjadi tahun dimana trend reversal di berbagai komoditas terjadi.

Mengapa? Intensifikasi perang dimana-mana? No, no, no....Sejauh yang saya tahu, perang Russia - Ukraine dan Israel - Hamas adalah event yang positif untuk harga komoditas rendah. Nordstream pipeline meledak? No worries, it's all good; gas price turun. Russia menolak untuk memperpanjang Grain corridor initiative? Good news; new low di wheat price. Bagaimana dengan eskalasi perang di Middle East yang sekarang telah membawa Yemen dan hezbollah - proxy dari Iran? You've got it. It's all good; oil price turun. Record suhu terpanas global terjadi di tahun 2023? Chill man; efeknya tertutup karena keajaiban perang. Tapi anomali ini tidak hanya terjadi di komoditas. Perhatikan apa yang terjadi di Germany. Stock index DAX berada di all-time high selagi ekonomi Germany mengalami resesi. All-time high DAX tidak terjadi sendirian. Hal yang serupa terjadi di US...dan Indonesia. Anda pikir kenaikan saham big banks BCA, Mandiri, dkk terjadi karena Indonesia unik? Topik ini untuk analisa-analisa berikutnya.


Ketika akhirnya semua harga komoditas berada di bull market, mainstream media akan mengatribusikan kenaikan komoditas dengan segala hal di atas yang sudah terjadi di sepanjang 2023. Oh, dan kalau James Hansen betul, maka di tahun 2024 ini kita akan mengalami kenaikan suhu yang melebihi tahun 2023.


Tapi point analisa ini bukan pembahasan hal-hal rasional di atas. Ketika hal-hal yang rasional tidak menggerakan market, what do you do? Saya mengexplore hal-hal yang....unorthodox.

Secara keseluruhan, semua analisa geometri yang saya lakukan menunjukan kalau di bulan Januari 2024 ini semua komoditas yang saya monitor (CPO, soybean, corn, wheat, dan crude oil) berada di 'confluence zone'. Apa itu confluence zone? Area dimana proyeksi geometri saling overlapping. Ketika harga berada di confluence zone, probabilitas akan terjadinya turning point meningkat. Ketika hal serupa terjadi di berbagai market yang berkaitan, maka probabilitas turning point tidak hanya meningkat lagi, tapi membuka kemungkinan kalau turning point yang terjadi akan signifikan.


CPO (Palm Oil)


Chart di CPO akan memperjelas apa yang saya maksud, cari, dan expect dengan confluence zone.



Seperti yang bisa Anda lihat di CPO tahun 2012-2013, resolusi dari confluence area bisa berarti trend continuation, bukan trend reversal. Apa yang tidak terjadi adalah kelanjutan sideways.




Soybean




Corn


Corn market berada di ambang skenario 'trend continuation' yang berarti downward trend. Hampir. Semuanya bergantung dari sekarang. Corn perlu segera berbalik arah untuk menentang pandangan 'trend continuation'. Kita perlu memberikan 'margin of error' dalam menginterpretasikan posisi price relatif dengan angle line - seperti halnya juga dengan trendline biasa.


Berbeda dengan komoditas lainnya yang masih memiliki ruang 'margin of error' yang besar (relatively), corn sudah kehabisan ruang. Dengan kata lain, lower low dari corn (lebih rendah dari 437) akan menvalidasi pandangan kelanjutan downward trend. Perhatikan apa yang terjadi di corn market. Skenario kelanjutan downward trend di corn akan membuka ruang besar untuk kemungkinan kelanjutan downward trend di komoditas lainnya. Saya menilai skenario bearish ini memiliki very low probability karena semua komoditas lainnya berada di confluence zone.


Crude Oil


Oil price adalah king of commodities. Jika oil price melanjutkan downward trend dengan turun menembus 63.7 (saat tulisan ini dibuat oil berada di sekitar 75), maka semua komoditas lainnya perlu turun juga - apapun yang terjadi dengan kondisi supply-demand. Top forecaster Simon Hunt dan top investor Felix Zulauf memprediksi kalau oil akan turun terlebih dahulu sampai ke level 50an sebelum akhirnya naik tajam karena masalah supply. Alasan oil turun drastis karena mereka expect sebentar lagi ekonomi global akan mengalami kontraksi ekonomi parah sehingga demand oil turun drastis.


Saya memiliki pandangan yang sama untuk keduanya (masalah supply dan severe (and prolonged) economic contraction), tapi tidak setuju dengan sekuens timelinenya. Saya percaya kalau komoditas akan naik drastis terlebih dahulu sebelum akhirnya 'severe and prolonged global economic downturn' terjadi.


Sekuens event dalam skenario saya adalah seperti ini: komoditas naik -> interest rate naik -> emerging market currencies meltdown -> global default wave. Kita hanya perlu melihat apa yang terjadi di tahun 2022. Gaikindo mencatat pecah rekor. Sepertinya akan ada banyak orang terkena masalah utang karena yakin kalau BI rate akan rendah selamanya.


Tapi saya tidak mendismiss pandangan demand contraction di oil market. Sekali lagi, apa yang membuat saya memiliki pandangan kalau oil price akan mengalami turning point di tahun ini, dan tidak turun menembus 63.7 adalah analisa geometri. Pengalaman di sepanjang tahun 2023 mengajarkan saya kalau harga komoditas tetap masih bisa turun signifikan walaupun perang besar menjadi semakin besar.


Perhatikan kalau oil price masih berada di dalam range yang dibentuk 2 Gann fan. Confluence ini akan mencapai apexnya di akhir Juni 2024, tapi resolusi tidak perlu terjadi di apex. Trend reversal (atau continuation) bisa terjadi selama price berada di sepanjang confluence zone.


Perhatikan chart oil di bawah. Perhatikan area yang saya mark. Saat ini oil price berada di kondisi yang serupa dengan yang terjadi di awal 2022: oil price berada di confluence zone dengan indikator oscillator berada di level extreme low.




Natural Gas


Chart Nat Gas dibawah ini dibuat di 10 Januari 2024 ketika nat gas naik signifikan. Di saat itu terjadi, saya pikir nat gas akan segera turun karena mencapai area confleunce Gann fan.


It sure did.

Point dari analisa nat gas di atas adalah menunjukan efektivitas Gann fan. In the right hands, this tool is extraordinary.


Nat gas tidak memiliki korelasi kuat dengan komoditas-komoditas lainnya yang sudah dibahas. Turning point nat gas bisa jadi terjadi 6 bulan setelah hari oil price naik tajam. harga nat gas adalah topik sensitif untuk ekonomi keempat terbesar di dunia - Germany. Dalam pandangan saya, kenyataan kalau nat gas bisa mencapai COVID lockdown level lagi setelah Nordstream pipeline hancur adalah mukjizat. Salah satu alasan ini bisa terjadi adalah US telah menghabiskan 50% oil reserve mereka dan mengirim sebanyak mungkin gas ke Germany. Tapi kalau semuanya bisa dijelaskan, namanya bukan mukjizat lagi.


In the long run, tapi sangat relevant untuk 5 tahun ke depan, trend gas price akan naik signifikan. Hilangnya gas dari Russia terlalu besar untuk bisa digantikan negara manapun, termasuk US. Terlebih lagi, US akan membutuhkan gas mereka untuk kebutuhan mereka sendiri seiring dengan akselerasi trend relokasi manufatur dari China ke homeland.


Untuk coal price, korelasinya sangat kuat dengan nat gas setelah invasi Russia terjadi. Alasannya jelas, hilangnya gas dari Russia tidak cukup ditambal dengan US reserve, LNG tambahan dari Middle East, tapi juga coal yang negara Eropa sejauh ini berhasil kurangi secara signifikan...sampai perang terjadi.




2 Most Important Data for CPO Fundamentals


Selagi confluence zone di Gann fan menunjukan kepada saya potensi turning point di komoditas, saya melihat high probability kalau kenaikan CPO akan melebihi soybean. Hal ini terjadi karena harga soybean saat ini jauh lebih tinggi dari CPO. Spread sebesar ini tidak pernah terjadi sebelumnya.


CPO Substitute Spread

Data Source: IMF


Data terpenting kedua adalah data persediaan. Simple trendline menunjukan dengan jelas kalau trend investory CPO sudah berbalik arah sejak akhir tahun 2018. No more oversupply. Kita sekarang menuju ke trend sebaliknya: supply deficit. Saya memberikan lebih banyak informasi di chart CPO investory di bawah ini untuk pembaca yang cermat. Tapi jangan pernah melupakan kalau komoditas tidak bergerak sendirian.


CPO Inventory Trend & Cycle

Data Source: MPOC


Jika Anda pembaca lama, Anda tahu kalau saya expect persediaan CPO terkuras habis-habisan di tahun 2023 karena China lockdown baru berakhir (baca: Commodities: Escalate Further, Going Higher and Higher - Aprl 2023). Apa yang terjadi membuat terkejut banyak pengamat komoditas. Demand CPO dan soybean dari China di tahun 2023 rendah. Alasan mengapa demikian adalah spekulasi: mulai dari flu babi sampai economic downturn akibat real estate crash. Saya memiliki dugaan yang berbeda.


Dugaan saya mendapat corroborative evidence di akhir tahun 2023 dari terjemahan berita Russia. Dari sumber tersebut, Russia melaporkan lonjakan import dari China sekitar 280% lebih besar dari tahun 2022 untuk produk....sunflower oil. Russia claim kalau sumber sunflower ini berasal dari Russia, tapi produsen sunflower paling besar di dunia adalah Ukraine. Saya menyebutnya sebagai 'war loot'. Kalau dugaan saya ini betul: kalau penyebab utama demand soybean dan CPO dari China di tahun 2023 rendah adalah karena 'war loot' dari Russia, maka kita bisa expect lonjakan demand soybean dan CPO dari China di tahun 2024 ini.



107 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page