Pertama, kondisi overall bisnis LPPF di sepanjang tahun ini (Q2 2021) lebih baik dari tahun kemarin. Tapi untuk alasan yang nanti saya jelaskan, LPPF menghadapi hurdle signifikan untuk bisa menjadi economically profitable.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu note recovery di tahun ini tajam. Selama 12 bulan terakhir, EVA momentum (selisih EVA, scaled by sales) mencapai 15,7%. To put that into perspective, seandainya market percaya EVA momentum 15,7% ini akan terus berlangsung untuk 10 tahun ke depan, harga saham LPPF akan mencapai 21.300/share. EVA LPPF akan mencapai Rp 9,3 Triliun dari EVA pre-COVID sekitar Rp 365 Miliar di tahun 2019. In reality, EVA tertinggi LPPF terjadi di tahun 2015-2016 dengan estimasi sekitar Rp 1,49 Triliun. Puncak harga saham LPPF di tahun 2016 mencapai 22.000/share. That should tell you how extreme it was.
EVA momentum 15,7% ini sangat besar dan seringkali terjadi untuk alasan normalisasi dari kondisi yang sangat buruk. Tidak ada alasan abgi saya untuk percaya momentum sebesar ini akan berlanjut untuk LPPF. Tapi coba kita berpikir ke arah optimistis yang berdasakan historis. Tahun 2016. Seandainya kondisi LPPF (economic profit) bisa kembali seperti tahun 2016, harga saham LPPF sekitar 5.000/share akan terlihat reasonable (sebuah point yang saya tulis di analisa-analisa LPPF sebelumnya). Dengan harga saham saat ini di 2.570/share, saya mendapatkan alasan untuk return yang saya incar. And that’s the problem. Dalam pandangan saya, harus ada alasan bagus untuk kelanjutan peningkatan EVA yang signifikan. Dengan harga saham sekarang, investor menempatkan ekspektasi kelanjutan perbaikan EVA, jadi perlu ada kelanjutan momentum recovery.
Bottom line, saya perlu melihat alasan bagus mengapa EVA LPPF akan semakin baik. Minimal mendekati level tahun 2019. Peningkatan ke level 2019 akan membawa EVA kembali positif, dan most importantly, akan melampaui ‘ekspektasi short term’ investor saat ini. Itu minimal. Idealnya, return besar yang saya incar (ke 5.000/share – 100% return) membutuhkan kemampuan LPPF kembali mencetak EVA sebesar tahun emasnya di 2015-2016.
Sekarang, mengharapkan EVA LPPF kembali ke level 2016 adalah hal yang mendekati mustahil. Tidak dengan model bisnis LPPF sejauh ini. And that’s not all, saya sangat meragukan EVA LPPF bisa kembali ke level 2019 pre-COVID yang sudah jauh tertekan akibat kompetisi dari retail online.
Di analisa sebelumnya, concern utama saya ada di seberapa besar revenue LPPF bisa recover relatif terhadap tahun 2019. Saya pesimistis ketika itu. Fast forward, revenue Q2 2021 hanya 60% dari Q2 2019. Saya pikir level ini sudah mendekati maksimumnya.
2 konsiderasi mengapa saya pikir sales sekarang sudah mendekati maksimum (dengan model bisnis saat ini): pertama, sepanjang pandemi, LPPF mengurangi retail storenya, terutama di ujung tahun 2020.
Kedua, pertumbuhan sales di store yang sama (SSSG) sudah tidak ada sejak tahun 2017.
Berbicara tentang SSSG, sepertinya management LPPF butuh hiburan dengan menampilkan data SSSG seperti manequin wanita di annual report 2020.
Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk mengharapkan pertumbuhan sales. Di samping itu, kalau seandainya LPPF kembali berekspansi retail storesnya, maka additional storesnya most likely akan beroperasi dengan return yang di bawah cost of capitalnya, sebagaimana yang terjadi terutama setelah tahun 2017. Kedua hal ini (SSSG dan pengurangan stores) dilatarbelakangi dengan kompetitor online stores. Saya pikir sekarang semakin banyak kustomer LPPF yang sudah menemukan kebiasaan baru belanja baju online. Point utamanya, saya tidak menemukan alasan revenue LPPF bisa kembali ke level tahun 2019.
The good news: Dengan revenue yang berkurang, management LPPF telah melakukan hal economic positif dengan mengurangi storenya. Apa yang hilang dari revenue, ditutupi dari peningkatan efisiensi. Dan bahkan lebih lagi. Sebagaimana saya sampaikan di analisa sebelumnya, saya mungkin satu dari sedikit suara yang mengatakan kalau pengurangan stores ini adalah hal positif untuk shareholders. Ekspansi stores LPPF sejak tahun 2017 tidak menguntungkan. Management seharusnya tahu hal itu ketika melihat SSSG 0% dan minus.
Jadi, selagi tindakan yang diambil LPPF menunjukan kalau revenue LPPF tidak akan sebesar tahun 2019 lagi, economic profit mendapat boost dari efisiensi utilisasi gerai. Berikutnya tergantung dari bagaimana management mengendalikan Opex (operation expense) yang sebagian besar berupa gaji karyawan. So far, penutupan gerai menjaga operating margin balik menuju ke level pre-COVID.
Jadi, so far so good dalam konteks recovery ke level tahun 2019. Kita bisa expect revenue yang lebih sedikit, tapi management telah mengambil langkah yang memulihkan profitability. Kombinasi kedua hal ini memberi saya alasan bagus kalau EVA bisa kembali mendekati (walaupun lebih rendah) ke level tahun 2019....Namun sayangnya, itu tidak semuanya yang dilakukan oleh management.
Satu nama: Bank Nobu. It’s a problem. And becomes even bigger problem with time. Bank Nobu adalah bank milik Lippo Group, dan Lippo Group adalah investor berpengaruh di LPPF. Di akhir tahun 2020, LPPF menyuntik dana sebesar Rp 790 Miliar. Jumlahnya sekarang mengembang menjadi Rp 1,06 Triliun. Alasan yang diberikan adalah untuk kepentingan strategis jangka panjang. Most likely, itu berarti bukan untuk hal yang produktif. Saya tidak tertarik dengan cerita di baliknya. Apa yang saya peduli tentang investasi ini adalah modal ini tidak gratis. EVA mengakui kalau semua modal perlu dikompensasi. Investasi di Nobu Bank inilah alasan mengapa invested capital LPPF hampir tidak berubah walaupun management sudah melakukan efisiensi gerai (bandingkan chart di bawah dengan chart PPE net plus leased asset di chart atas).
Dan saya tidak melupakan dosa lama LPPF untuk investasinya di PT Global Ecommerce Indonesia sebesar Rp 770 Miliar yang dengan mudah dihapus oleh akuntan di tahun 2018. LPPF mempunyai track record membuat investasi besar yang meragukan.
Dugaan saya, penanaman modal Rp 1 Triliun di Bank Nobu ini akan mencegah LPPF untuk bahkan mencetak economic profit (EVA) positif. Jauh dibawah levelnya di tahun 2019. Saya tidak bisa melihat alasan bagus bagaimana saya bisa mendapat return bila invest di harga sekarang. Dalam pandangan saya, LPPF sudah menjadi perusahaan yang lebih buruk dari tahun 2019, dan akan semakin buruk bila jumlah investasinya di Bank Nobu bertambah.
Berikutnya, saya akan membahas konsiderasi dari perspektif teknikal.
From A Technical View
LPPF untuk waktu lama adalah salah satu saham yang masuk ke dalam watchlist saya. Di bagian akhir analisa sebelumnya ketika membahas teknikal, saya melihat indikasi going lower.
Fast forward, it was spot on. LPPF membentuk new low tanpa membuat higher high. In practice, seandainya ini Forex, trade ini gagal karena tidak mencapai target 1:3 risk reward. Siapapun yang bilang trading mudah, mengatakan bullshit.
Sekarang kita lihat chart saat ini.
Saya tidak menemukan indikasi pelemahan secara teknikal. Level 4.300 kelihatan seperti magnet untuk LPPF. Dengan harga saat ini, saya bisa mendapat return yang acceptable apabila LPPF kesana.
Extra note: perhatikan signal di RSI yang saya lingkari. MA-cross over touchdown seperti itu sering menjadi indikasi kenaikan harga kuat sebentar lagi. Seperti yang pernah berkali-kali saya sampaikan di EVA Brief, itu adalah signal terkuat di RSI yang hidden dan most likely tidak Anda ketahui dari kebanyakan sumber TA di luar.
Tapi seperti yang saya sampaikan di bagian EVA. 4.300/share membutuhkan kelanjutan momentum EVA. Saya tidak melihat kelanjutan itu, terutama apabila investasi di Bank Nobu semakin besar.
Pointnya, saya tidak ingin target dimana saya tahu point tersebut adalah overstretched market. Apabila LPPF ternyata membuktikan saya salah dengan mencetak EVA yang mendekati tahun 2019, kita bisa expect market akan membawa LPPF di atas 4.300/share. Tentu saja investor bisa membawa LPPF ke 4.300/share tanpa perlu peningkatan EVA, tapi seperti yang saya katakan, point itu akan merefleksikan optimisme extrem yang tidak beralasan dengan konsekuensi sharp fall untuk investor yang telat keluar. Saya tidak melihat mengapa saya perlu mengambil risiko seperti itu.
Sebagai skenario jalan tengah dengan return yang suboptimal, investor bisa memanfaatkan channel line dibawah. Seandainya LPPF masih terus naik (dan belum ada indikasi teknikal yang saya lihat yang menunjukan pelemahan), LPPF kemungkinan akan bergerak di dalam channel tersebut dan menemukan resistance sebelum 4.300/share.
Yorumlar