top of page
Cari
  • Gambar penulisRio Adrianus

Brief Update on CPO stocks: AALI & BWPT

Di analisa Wyckoff terakhir untuk AALI (Wyckoff Analysis Bar by Bar: AALI), saya memberikan pandangan apa yang sedang terjadi adalah proses supply absorption. Development selama proses ini perlu diperhatikan dalam fase trading range - fase AALI saat ini.


Hari ini kita mendapat down bar dengan volume tinggi. Bar ini bearish apabila tidak segera direverse oleh bulls. Di analisa terakhir, saya memberikan danger point yang kemungkinannya besar akan mentrigger massive selling apabila level itu ditembus. Level itu adalah dibawah low bar 1 di chart analisa kemarin - di sekitar 11.000. Di bawah ini saya tampilkan kembali chart AALI ditambah dengan channel lines yang saya pikir sangat penting untuk AALI.


Apabila channel tersebut betul penting, break dari level 11.000 akan memiliki implikasi bearish untuk AALI. Pay close attention apa yang terjadi apabila AALI menuju kesana. Sebaliknya, upside break dari 13.400 akan memberi konklusi fase supply absorption yang berhasil. Saya menempatkan bet kalau konklusi trading range ini ke skenario bullish. Sulit memikirkan skenario kebalikannya apabila kita memperhatikan development EVA AALI.


Saham BWPT adalah lagging market, sedangkan AALI adalah leading market. Saya pikir AALI akan memberikan gambaran yang lebih jelas duluan ketika AALI break-out dari channel line. Untuk BWPT, saya memberikan 2 level signifikan: R2 di 84 dan S2 di 70. Level ini adalah level pivot yang diperhatikan oleh floor trader yang dikalkulasi dari big green bar 20 Mei lalu. Jika kita melihat ke kiri, jelas kalau 2 level tersebut penting sebagai support dan resistance. Trend perkembangan EVA BWPT juga sama dengan AALI.


Apa yang jelas terjadi hingga saat ini adalah ada hambatan signifikan yang membuat perusahaan produsen CPO Indonesia tidak mendapat full advantage dari market price CPO. Export tax dan subsidi untuk masyarakat adalah 2 faktor terbesar. Tapi lebih dari itu, perusahaan CPO tampaknya tidak bisa mempass-on fee regulasi ini ke konsumen global secara efektif. Kalaupun ada pass-on, konsumen global yang didominasi oleh China dan India bisa memilih CPO dari Malaysia yang lebih murah (lihat: Palm Companies Overview Sept 2021). Dengan kata lain, pricing power perusahaan CPO Indonesia akan lebih besar ketika stock CPO dari Malaysia mulai terkikis, and they have no alternatives.


Persediaan CPO Malaysia terus mengalami penurunan sejak tahun 2018 karena produsen Malaysia dan Indonesia sudah menghentikan ekspansi masif perkebunan CPO sejak tahun 2015 sedangkan demand untuk CPO naik seiring dengan populasi. Ada peningkatan sedikit stock CPO Malaysia di bulan April karena lockdown China yang mengurangi demand. Data di bulan Mei akan penting karena larangan ekspor dari Indonesia berarti akan menguras stock CPO Malaysia lebih kencang. Saya tidak menshare pendapat banyak orang yang melihat larangan ekspor kemarin negatif untuk perusahaan sawit. If anything, larangan ekspor kemarin hanya mempercepat konsumen global untuk menerima CPO dari Indonesia yang saya yakin harganya akan dinaikan ketika jelas stock dari Malaysia menipis.


Dalam pandangan saya yang didukung dengan data EVA, faktor terpenting untuk perusahaan sawit adalah operational margin mereka. It is a mistake to only focus on revenue growth. Sejak tahun 2020, gross margin perusahaan sawit naik. Not so much for AALI. Kenaikan fertilizer mungkin memiliki pengaruh signifikan di cost karena perkebunan tua membutuhkan lebih banyak perawatan. Tapi trend kenaikan operational secara keseluruhan menunjukan kalau kondisi perusahaan sawit tidak pernah sebaik ini untuk waktu yang lama.


Apa yang jelas adalah economic profit improvement perusahaan sawit sangat kuat sejak tahun 2020. Dengan market price CPO saat ini, potensi improvement lebih lanjut masih sangat besar. Terlebih, investor sawit sudah lama berada di level depresi dari commodity bust yang dimulai sejak tahun 2014. Dalam pandangan saya, economic improvement sejauh ini masih belum diapresiasi oleh investor. Betul ada hambatan signifikan yang mengekang potensi economic profit dengan market price CPO saat ini. Tapi bahkan dengan kondisi operasional saat ini, pandangan saya AALI saat ini undervalued. EVA AALI saat ini sedikit positif atau neutral. PBV saat ini 1,0. Dengan EVA growth substantial sejak tahun 2020, saya menilai highly unlikely kalau siklus upturn di saham AALI akan berhenti di PBV 1. Dugaan saya, trend EVA improvement ini masih akan berlanjut dan investor akan meresponsnya dengan mood euforia.

14 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page