top of page
Cari

280: When The King Peaks (JP Morgan)

Gambar penulis: Rio AdrianusRio Adrianus

Banyak investor saat ini merasa kalau mendapat profit di stock market adalah hal yang mudah selama dilakukan di sektor yang ‘pasti-pasti saja’. Secara global, sektor ini adalah big banks. Sedikit yang menyadari signifikansi dari bulan September. September 2022 adalah permulaan dari gigantic financial distortion – dan di bulan September 2024 distortion ini telah berakhir yang ditandai dengan key pivot di Natural Gas price dan US 10y yield seperti yang saya jelaskan di analisa “Natural Gas Major Turning Point: It Begins With It, and Ends With It”.


Analisa Nat Gas itu, by far, adalah analisa terpenting yang pernah saya buat karena implikasinya. Itu adalah point dimana majoritas market bubble telah berakhir. Sebagai contoh, jika Anda berharap kalau saham Bank BCA (BBCA), Bank Mandiri, Pantai Indah Kapuk (PANI), BREN, dan Indofood (ICBP) bisa membuat new all-time high, maka analisa saya men-suggest kalau Anda memiliki low probability berhasil. Apa yang saya expect adalah majoritas big bubbles sudah mencapai peak di akhir tahun 2024 dan sekarang berada di tahap awal long-term bear market (lihat: “Lunar New Year 2025: The Start of a Long Term Bear Market for BBCAdan2025: Synchronized Global Market Collapse”).


Tadi saya mengatakan ‘majoritas’. Kenyataannya, belum semua bubble telah pecah. Ketika Trump menang pemilu dan dilantik menjadi president US, fase bubble ini mendapat extension untuk beberapa aset yang semakin sedikit. Aset-aset ini adalah Western big banks, bitcoin, dan gold. Pandangan saya terhadap gold telah ditulis di analisa “The Gold Bugs' Twilight = The End of Equity Bubble”. Jika saya betul, maka gold akan mengalami long term bear market bersama dengan saham Western big banks.


 

Sebelum kita ke topik utama forecasting JP Morgan, kita perlu tahu dimana saham JP Morgan ‘fits in the bigger picture’. Seperti yang saya mention tadi, sebuah shift signifikan telah terjadi di bulan September 2024. Point ini adalah key privot di natural gas dan commodities (excluding precious metals) – komponen penting inflasi – dan US 10y yield. Dalam thesis saya, shift ini adalah signal kalau fase market bubble yang terjadi sejak September 2022 telah berakhir. Di awal Februari 2025 ini saham bank UBS mengalami drop terbesar dalam sejarah dengan magnitude yang menyerupai sharp rebound ketika insiden Credit Suisse terjadi. Tapi di tengah semua ini, bull trend JP Morgan –‘the king of banking’ – tidak terganggu.


Berikut adalah spekulasi saya: Selama bull market JP Morgan masih berjalan, bear market di big banks lainnya seperti BBCA akan mengalami banyak rebound atau trading range. In addition, selama ‘the king of banking’ masih berjalan kuat, maka ‘the king of commodities’ – crude oil – belum berada di fase bull market. In turn, selama crude oil masih tersupresi, likuiditas belum mengalir ke saham-saham perusahaan komoditas, termasuk CPO di Indonesia, dan ini juga berlaku untuk perusahaan coal, nickel, oil, nat gas, dan agricultures.


Jika saya betul dalam memprediksi Nat Gas dan US 10y yield sudah berada di fase bull market, maka bull market crude oil sudah di depan mata. Bull market di crude oil berarti musik likuiditas telah berhenti untuk the king of banking. Hubungan terbalik ini adalah alasan utama mengapa saya selalu memonitor perkembangan JP Morgan dan mencoba memprediksinya. JP Morgan adalah ‘the last needle’ di fase bubble mania ini. Berakhirnya bull market di JP Morgan adalah tanda dimana likuiditas akhirnya bergerak ke tempat lain seperti yang saya sebutkan di atas. On the flip side, apabila bull market di JP Morgan berakhir, maka kita bisa expect sharp downturn di saham-saham favorit Indonesia yang saya sebutkan di awal (BBCA, BMRI, PANI, BREN, ICBP, etc) disertai dengan bull market di Indonesia government bond yield dan kelanjutan kenaikan USD/IDR. Let’s start.

 

Pertama-tama, kita perlu mengapresiasi betapa fantastisnya bull market di JP Morgan (JPM) selama 2-3 tahun ini. Apa yang dicapai selama 30 tahun telah dilampaui hanya dalam 2-3 tahun (Chart 1). Kenaikan JPM menjadi hyperbollic sejak pivot Oktober 2023.


Chart 1. A Bubble is 30 years capital gain in 3 years


Chart 2 adalah inti dari analisa ini. Ada alasan mengapa saya tidak menulis prediksi target price untuk JP Morgan di analisa-analisa global sebelumnya. Alasannya adalah kenaikannya hyperbollic. Saya menunggu dimana saya bisa confident untuk menempatkan label ‘iv’ di dalam chart. Yes, it’s Elliott Wave thing. Wave iv seringkali merupakan geometric ‘anchor point’. Voila! Melalui anchor point ini saya menemukan confluence zone di area 280 – di harga JP Morgan saat ini.

 

Chart 2. 280: Fibonacci Confluence for The King


Posisi indikator di monthly chart (Chart 3 & 4) menunjukan divergence di composite indicator dan record high di detrended oscillator. 


Chart 3. Monthly Indicator (1)


Kombinasi divergence di composite indicator dan record high di detrended oscillator ini telah terjadi di pivot high Oktober 2021 yang menghasilkan koreksi signifikan.


Chart 4. Monthly Indicator (2)


Di weekly time horizon (Chart 5), composite indicator sejauh ini juga membentuk divergence. Detrended oscillator berada di prior peak. Kombinasi ini serupa dengan apa yang terjadi di pivot high Maret 2024.

 

Chart 5. Weekly Indicator


Dari sisi market structure dengan closely related market, saya melihat kesamaan proporsi antara JP Morgan (JPM) dengan Goldman Sachs (GS).

 

Chart 6. GS vs JPM


Semua analisa geometri dan indikator di atas menunjukan kalau JPM saat ini berada di area resistance di dekat 280. Apa yang membuat level 280 istimewa adalah posisi 10y yield saat ini. Kali ini, confluence zone 280 diiringi dengan potential major pivot low di US 10y yield (Chart 7). Penjelasan lebih detail mengapa US 10y yield saat ini berada di key level telah saya tulis di analisa “Last Wake Up Call: Geometric Confluence in US 10y Bond”.

 

Chart 7. Why This Time Is Different: US 10y yield at pivot low


3 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


© 2024 by Rio Adrianus

  • Black Twitter Icon
bottom of page